PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PENGERTIAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses
manajemen, yang dimulai dengan perencanaan/persiapan dan berakhir dengan
pengendalian. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suatu keputusan harus mengikuti
suatu tahapan yang sistematis dan terkendali.
Definisi lain dari pembuatankeputusan
adalah memiliki arah tindakan tertentu diantara berbagai alternative. Pembuatan
keputusan penting sekali dalam manajemen. Manajer yang efektif membuat ratusan keputusan
setiap hari. Banyak manajer bahkan membuat keputusan tanpa benar-benar
memikirkannya.
Decision making can be defined as making a choice
among alternative courses of action. This definition implies that managers are
faced with a problem or opportunity, alternative courses of action are proposed
and analyzed, and a choice is made that is likely to move the organization in
the direction of its goals.
MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN RASIONAL
Model pembuatan keputusan rasional
menunjukan bahwa proses tersebut terdiri dari langkah-langkah spesifik.
Meskipun sekilas model ini tampak sangat teratur, implemetasi sesungguhnya dari
proses pembuatan keputusan tersebut sama sekali tidak teratur.
Langkah-langkah dalam pembuatan
keputusan rasional adalah sebagai berikut:
1. Pengidentifikasian
masalah
2. Pengembangan
alternatif
3. Evaluasi
alternatif
4. Seleksi
alternatif
5. Implemetasi
alternatif
6. Evaluasi
pilihan
Proses pembuatan keputusan rasional
tidak harus linear. Artinya, proses ini tidak selalu mengikuti urutan seperti diatas.
Dalam beberapa kasus, proses ini dapat dilakasanakan secara tidak teratur
dengan mengulangi langkah-langkah yang sebelumnya.
1. IDENTIFIKASI
MASALAH
Memulai mungkin adalah salah satu
langkah yang paling sulit untuk benar-benar dilaksanakan. Kualitas proses
pembuatan keputusan dipengaruhi oleh kemampuan anda untuk benar-benar mengidentifikasi
apa masalahnya. Tanpa pemahaman yang jelas tentang masalah yang sedang
dihadapi, proses ini tidak dapat diimplementasikan secara efektif.
Masalah sering kali teridentifikasi
ketika terdapat jurang pemisah antara kinerja yang diharapkan dan kinerja
sebenarnya. Kemudian dicarilah alasan untuk perbedaan ini, yang didentifikasi
sebagai masalah. Disamping itu, anda harus mampu menghadapi masalah-masalah
bahkan pada saat masalah yang tidak menyenangkan dan memikul tanggung jawab.
Sering kali mengabaikan masalah yang mengancam reputasi atau kinerja pekerjaan
anda adalah hal yang lebih mudah.
Agar lebih efektif dalam
pengidentifikasian masalah, anda hendaknya mengetahui kondisi yang meningkatkan
kemungkinan tidak teridentifikasinya masalah dan peluang dengan benar. Sebagian
kondisi itu adalah :
v Ketika
anda “diberi” masalah yang sudah diidentifikasi, anda cenderung menerima
masalah tersebut sebagai masalah yang sudah teridentifikasi dan dirumuskan
bukannya melaksanakan identifikasi anda sendiri.
v Ketika
solusi yang cepat diperlukan, anda cenderung menghabiskan sedikit waktu yang
anda miliki untuk pembuatan keputusan (bukan pada pengidentifikasian masalah
atau peluang).
v Ketika
masalahnya bersifat emosional, anda dengan cepat menuju solusi tanpa meluangkan
cukup waktu untuk mengidentifikasi masalah.
v Apabila
anda tidak mempunyai pengalaman mengidetifikasi masalah, anda cenderung untuk
tidak efektif.
v Apabila
terdapat masalah yang kompleks, maka lebih sulit untuk menetukan apa masalahnya
karena banyaknya variable masalah tersebut.
2. PENGEMBANGAN
ALTERNATIF
Untuk membuat keputusan yang baik,
adalah penting untuk menghasilkan arah tindakan alternative yang baik yang
dipergunakan untuk membuat pilihan yang baik. Sayang sekali, kita cenderung
untuk memulai pencarian dengan apa yang sudah diketahui dan bahkan
kadang-kadang dengan apa yang sudah dicoba. Maka pilihan yang mudah adalah
meniru yang telah dilakukan pesaingnya.
Anda perlu menghasilkan gagasan
sebanyak mungkin. Dengan demikian anda akan memiliki daftar alternative bagus
yang dapat dipilih. Ini tidak berarti anda harus membiarkan mereka membuat
keputusan, mereka hanya memberi masukan kepada anda. Dan anda hendaknya terbuka
pada masalah ini untuk menghindari kesalahpahaman.
Menurut pendekatan pembuatan
keputusan rasional, apabila sebuah pilihan yang baik sudah diidentifikasi, maka
pencarian terhadap alternative lainya dihentikan. Ironisnya, hal ini justru
mengurangi apa yang selayaknya terjadi dalam proses tersebut. Berhenti sebelum semua
arah tindakan alternative dicatat menyalah artikan pendekatan pembuatan
pendekatan rasional, lalu alternatif-alternatif kreatif tidak dieksplorasi.
3. EVALUASI
ALTERNATIF
Pengevaluasian alternatif meliputi
pengukuran nilai-nilai masing-masing alternatif. Penilaian alternative meliputi
pengujian konsekuensi (baik positif dan negatif). Pembuatan peringkat
alternatif yang telah dianggap dapat diterima. Pembuatan peringkat
alternatif-alternatif dimungkinkan dengan menggunakan keuntungan dan kerugian.
Anda harus mempertimbangkan apakah
mereka yang bertanggungjawab menerapkanya atau mereka yang akan dipengaruhinya
akan menerima alternative tersebut atau tidak. Evaluasi hendaknya ini meliputi
penilaian resiko dan kerugian dari setiap arah tindakan alternatif.
Kepastian adalah lingkungan
pembuatan keputusan dimana anda mengetahui segala sesuatu yang perlu anda
ketahui. Pada dasarnya anda mempunyai informasi yang sempurna. Anda juga
mengetahui hasil yang mungkin.
Risiko adalah lingkungan yang
ditandai dengan kemampuan untuk menentukan tingkat resiko terhadap setiap
setiap hasil alternative. Dalam lingkungan pembuatan resiko, anda dapat
menggunakan probalitas. Misalnya, anada dapat memakai pengalaman masa lalu
untuk menetukan tingkat kemungkinan jumlah barang yang ditolak dalam kondisi
tertentu disuatu perusahaan pabrik. Sebagian besar keputusan anada cenderung
dibuat dalam lingkungan seperti ini. Ketidakpastian adalah lingkungan pembuatan
keputusan dimana anda tidak benar-benar yakin pada hasil alternative.
4. PEMILIHAN
ALTERNATIF: SOLUSI
Pemilihan solusi jarang sekali
merupakan proses yang langsung. Tahap yang sebenarnya adalah membuat pilihan
inilah yang secara tradisional dianggap sebagai pembuatan keputusan.
Ada sejumlah masalah ketika
dijumpai memilih alternatif. Dua diantara banyak masalah yang ada adalah:
I.
Masalah
muncul ketika tidak ada satupun alternatif yang memenuhi semua kriteria. Oleh
karena itu keputusan berikutnya adalah memulai lagi atau puas dengan alternatif
yang tidak memenuhi kriteria.
II.
Dilemma
terjadi ketika memilih antara banyak alternatif yang dianggap diterima. Hal ini
bisa jadi manandai perlunya penyesuaian kriteria untuk mendapatkan gagasan yang
lebih jelas mengenai alternative yang baik.
5. IMPLEMENTASI
ALTERNATIF
Begitu keputusan telah dibuat, maka
keputusan tersebut harus dilaksanakan. Tapi itu tidaklah mudah, sering kali
terjadi resistansi dalam tahap ini. Demi implementasi yang efektif, anda harus
peka terhadap karyawan yang terkena dampak keputusan dan merencanakan strategi
implementasinya.
Anda harus memastikan bahwa semua
orang tahu bagaimana dan mengapa keputusan itu dibuat. Penting sekali untuk
melibatkan merekayang terkena dampak keputusan itu karena kurangnya komitmen
akan mengakibatkan implementasikan yang buruk.
Merencanakan implementasi
mengharuskan anda untuk :
·
Memvisikan
dengan jelas tentang seperti apakah implementasi tersebut. Apakah visi ini
jelas bagi anda dapat menjabarkan visi ini kepada orang lain dengan efektif.
·
Membuat
garis besar tugas-tugas tertentu yang harus diselesaikan agar arah tindakan
yang dipilih dapat di implementasikan dengan sukses.
·
Mengidentifikasi
sumber-sumber yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas ini.
·
Mengidentifikasi
beberapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing tugas
ini.
·
Memastikan
bahwa seseorang telah ditunjuk untuk bertanggungjawab untuk masing-masing tugas
ini.
6. EVALUASI
PILIHAN
Diperlukan untuk
memastikan bahwa hasil-hasil yang dikehendaki tercapai. Evaluasi adalah
penilaian dari konsekuensi dari keputusan. Hasil-hasil implementasi
diobservasi. Semua konsekuensi positif dan negatif perlu diketahui. Apabila
tidak dilakukan evaluasi, maka tidak ada indikasi yang jelas apakah sasaran
sudah benar-benar dicapai. Apabila criteria tidak terpenuhi, tindakan koreksi
harus diambil.
FEED BACK
Feedback is a
necessary component of the decision process, providing the decision maker with
a means for determining the effectiveness of the choosen alternatives in
solving the problem or taking advantage of the opportunity and moving the
organization closer to the attainment of its goals. Three items are necessary
in such an evaluation of the effectiveness of a decision.
First, a set of
standards must exist against which to compare performance.
Second,
performance data must be available so that the comparison to standards may be
made.
Finally, a data analysis strategy must be developed.
Managers who know exactly how the data are to be analyzed will be able to
specify the types of data they need, the most preferred format, and the time
sequence in which they are need.
KERANGKA KERJA DAN KONSEP UNTUK PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pemahaman terhadap kerangka kerja
dan konsep pengambilan keputusan akan memberikan nilai guna dalam pembahasan
yang lebih dalam. Menurut Davis (1974) kerangka kerja untuk pengambilan
keputusan tersebut meliputi hal – hal berikut :
1. Sistem
Pengambilan Keputusan.
Sistem pengambilan keputusan adalah suatu cara atau
prosedur tertentu. Sistem pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan secara
terbuka dan tertutup.
Pertama,
Sistem keputusan terbuka memandang suatu keputusan berada dalam suatu
lingkungan yang kompeks dan sebagian tidak diketahui. Keputusan lebih banyak
dipengaruhi oleh lingkungan dan ada suatu saat terjadi sebaliknya bahwa
lingkungan lebih banyak dipengaruhi oleh keputusan. Manajer dalam mengambil
keputusan tidak selamanya harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi hanya
dituntut untuk menunjukan rasionalitas dalam batas dikemukakan oleh latar
belakang pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan,
dan sebagainya.
Manajer sebagai
pengambil keputusan terbuka memiliki asumsi dasar, yaitu
a. Mengetahui
seluruh altenatif dan keluarannya.
b. Melakukan
pencarian secara terbatas untuk menentukan beberapa alternatif yang memuaskan
c.
Mengambil
keputusan yang memuaskan tingkat aspirasinya
Kedua, sistem keputusan tertutup
menganggap bahwa suatu keputusan dipisah dari masukan yang tidak diketahui dari
lingkungannya. Pada sistem tertutup manajer sebagai pengambil keputusan
diasumsikan.
a.
Seluruh
perangkat alternatif dan pengeluaranya.
b. Memiliki
metode yang memungkinkan baginya untuk menentukan kronologi kepentingan seluruh
alternatif sesuai urgensinya.
c. Manentukan
altenatif yang dipandang paling menguntungkan.
2. Pengetahuan
Mengenai Keluaran
Dalam analisis pengambilan keputusan, biasanya dibedakan
menjadi tiga kategori dasar pengetahuan yang sangat berhubungan dengan
keluaran, yaitu sebagai berikut :
a.
Kepastian,
yaitu pengetahuan yang akurat dan lengkap mengenai keluaran setiap alternatif.
Biasanya untuk satu alternatif hanya terdapat satu keluaran.
b. Resiko,
yaitu keluaran yang mungkin timbul dapat dilekatkan pada setiap keluaran.
c. Ketidakpastian
yaitu beberapa keluaran mungkin timbul dan dapat diidentifikasi tetapi tidak
ada pengetahuan tingkat kemungkinan yang dapat dilekatkan kepada setiap
keluarannya.
3. Klasifikasi
Jenis Keputusan
Herbert A. Simon (1980: 5-6) telah mengembangkan
klasifikasi jenis keputusan yang berbeda yaitu keputusan yang diprogram
(programmed decisions) dan keputusan yang tidak diprogram (nonprogrammed
decisions).
1. Keputusan yang diprogram
(Programmed decisions)
Keputusan
dapat diprogramkan sejauh keputusan tersebut berulang dan rutin serta telah
dikembangkan prosedur tertentu untuk menanganinya. Secara traisional keputusan
yang di program telah ditandatangani dengan norma, prosedur kerja yang baku,
dan struktur organisasi yang mengembangkan prosedur spesifik untu menanganinya.
2.
Keputusan
yang tidak diprogram (nonprogrammed decisions)
Suatu
keputusan tidak diprogram manakala keputusan tersebut baru dan tidak tersusun.
Oleh karena keputusan tersebut memiliki karakteristik demikian maka tidak ada
prosedur yang pasti untuk menangani permasalahan. Keputusan yang tidak
diprogram harus diindentifikasi dengan tepat karena jenis pengambilan keputusan
seringkali memerlukan alokasi dana yang besar. Keputusan yang tidak diprogram
secara tradisional telah ditandatangani dengan proses pemecahan umum,
pertimbangan, intuisi, dan kreativitas. Namun, manajemen moderen belum banyak
kemajuan dalam meningkatkan pengambilan keputusan yang tidak di program
dibandingkan dengan kemajuan dalam pengambilan keputusan yang diprogram. Perhatian
utama manajemen puncak (top management) hendaknya dipusatkan pada keputusan
yang tidak di program. Manajemen hierark tengah (middle management) memusatkan
perhatian mereka sebagian besar pada keputusan yang diprogram, meskipun dalam
beberapa hal manajemen hierarki pertama (lower management)memusatkan perhatian
pada keputusan yang di program.
4. Deskripsi
Mengenai Pengambilan Keputusan
Dua
model pengambilan keputusan yang sangat sering terdapat dalam suatu organisasi
adalah model normatif dan model deskriptif.
a. Model
normatif
Yaitu sebuah model pengambilan
keputusan yang memberikan kepada manajer sebagai pengambil keputusan mengenai
bagaimana ia harus mengambil sekelompok keputusan. Model normatif secara umum
telah dkembangkan oleh para ekonom dan ilmuwan manajemen. Salah satu contoh
model normatif dalam akutansi adalah mengenai penganggaran modal.
b. Model
deskriptif
Yaitu sebuah model pengambilan
keputusan yang berusaha untuk menjelaskan prilaku konkret dan karena itu telah
dikembangkan terutama oleh para ilmuwan prilaku.
5. Kriteria
untuk Pengambilan Keputusan
Pada
model normatif kriteria untuk menentukan satu diantara beberapa alternatif
adalah memaksimumkan atas laba, utilitas, nilai yang diharapkan, dan
sejenisnya. Tujuan ini apabila dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, dianggap
sebagai fungsi objektif sebuah keputusan.
Pandangan
alternatif pada kriteria pengambilan keputusan adalah perumusan. Pandangan
tersebut berasal dari model prilaku deskriptif yang mengatakan bahwa manajer
sebagai pengambil keputusan tidak mengetahui seluruh alternatif dan harus
mencarinya. Mereka tidak sepenuhnya rasional atau menyeluruh dalam
pencariannya. Mereka mengadakan simplikasi atas faktor – faktor yang harus dipertimbangkan
dan karena itu mengurangi banyaknya hal yang harus dipertimbangkan.
6. Relevansi
Konsep Keputusan Terhadap Desain Sistem Informasi Manajemen
Sistem
informasi manajemen berdasarkan komputer berguna baik dalam model keputusan
tertutup maupun keputusan terbuka. Di dalam model keputusan tertutup, komputer
bertindak sebagai alat penghitung untuk dapat menghitung keluaran optimum.
Didalam keputusan terbuka, komputer bertindak sebagai pembantu bagi manajer
guna menghitung, menyimpan, mencari kembali, mengalisis data, dan sejenisnya.
Sistem
informasi manajemen di desain untuk memantau keputusan terprogram dan untuk
mengenal yang tampaknya tidak dapat diaplikasikan oleh norma keputusan atau
yang tampaknya tidak memberikan keluaran sesuai dengan rencana.
GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam kehidupan organisasi mutlak
diperlukan kemampuan untuk melihat, mengenal, dan mengidentifikasi
permasalahan. Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan
merupakan salah satu contoh suatu permasalahan yang ada dalam organisasi dan
memerlukan aktivitas pengambilan keputusan.
Manajer dalam pengambilan keputusan
dapat berperan dalam berbagai macam gaya. Gaya manajer dalam mengambil
keputusan akan banyak diwarnai oleh beberapa hal seperti latar belakang
pengetahuan, prilaku, pengalaman, dan sejenisnya.
Secara umum gaya pengambilan keputusan yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1.
Manajer
dalam pengambilan keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang
tersedia pada waktu tertentu.
2. Manajer
memperoleh informasi yang diperlukan dari para bawahan dan kemudian menetapkan
keputusan yang dipandang relevan. Peran yang dimainkan oleh orang lain adalah
lebih, dalam hal informasi yang diperlukan kepada manajer daripada rumusan atau
penilaian alternatif.
3. Manajer
membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan para bawahan secara
individualdan mendapat gagasan dan saran tanpa melibatkan para bawahan sebagai
suatu kelompok. Kemudian manajer mengambil keputusan yang dapat atau tidak
dapat mencerminkan masukan atau intuisi maupun aspirasi para bawahan.
4. Manajer
membicarakan situasi keperluan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan
mengumpulkan gagasan dan saran para bawahan tersebut dalam suatu konferensi
atau pertemuan kelompok
5. Manajer
mambicarakan situasi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan
kelompok menyusun serta menilai alternatif. Manajer tidak bermaksud memengaruhi
para bawahan dan berkeinginan untuk menerima implementasi serta merealisasikan
setiap keputusan hasil musyawarah bersama.
BAGAIMANA MEMBUAT KEPUTUSAN
BERKUALITAS TINGGI
Membuat keputusan berkualitas
tinggi peting sekali untuk manajemen efektif. Anda perlu memberikan perhatian
khusus pada prosedur pembuatan keputusan itu sendiri. Pertimbanagan tip-tip
berikut ketika menggunakan model pembuatan keputusan rasional:
§ Pilih
dengan ganti kriteria yang akan dipergunakan untuk menguji alternatif dan
mengukur solusi terakhir. Criteria yang tidak tepat menyebabkan pengambilan
keputusan yang buruk.
§ Munculnya
beberapa gagasan. Semakin banyak gagasan yang dihasilkan, semakin baik
kesempatan anda untuk memilih solusi “terbaik”.
§ Pertimbangan
pro-kontra setiap alternatif.
§ Cari
terus informasi baru.
§ Rencanakan
implementasi dengan teliti.
MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN
RASIONALITAS TERBATAS
Asumsi yang mendapat pembuatan
keputusan rasionalitas terbatas yang dikemukakan Herbert Simon adalah bahwa
dalam pembuatan keputusan terdapat keterbatasan. Keterbatasan yang utama
adalah:
·
Kurangnya
informasi yang sempurna.
·
Hambatan-hambatan
(baik waktu maupun uang).
·
Kompleksitas
masalah.
Sebagai akibat dari keterbatasan
ini, biasanya anda tidak bisa memilih alternatif yang optimal. Sebaliknya, anda
harus puas seadanya. Artinya, anda harus memilih alternatif-alternatif
memuaskan yang sesuai kriteria anda meskipun tidak optimal.
Model merupakan abstraksi dari
keadaan nyata. Model dibuat secara sederhana namun mengandung unsur-unsur utama
dari suatu produk, proses atau sistem yang diwakili. Dengan menggunakan model,
pengambilan keputusan umumnya dapat dilakukan dengan lebih praktis, murah,
cepat, dan aman.
Model dapat diklasifikasikan dalam
tiga bentuk, model fisik, skematik, dan model matematik. Penjelasan lebih
lanjut dari setiap model sebagai berikut.
1. Model
fisik
Model yang secara fisik
menggambarkan obyek aslinya. Keuntungan model ini adalah dapat memberikan efek
visual terhadap keadaan nyata dari benda itu.
2. Model
skematik
Model yang dinyatakan
dalam bentuk skema, diagram, grafik, atau gambar dari suatu obyek. Model ini
lebih simple dan mudah dilakukan penyesuaian jika perlu perubahan.
3. Model
matematik
Model matematik
mengguankan symbol, rumus, atau persamaan yang menggambarkan proses atau system
yang diwakili.
Model dikembangkan untuk bisa mengakomodasikan
keadaan nyata dalam proses pengambilan keputusan. Bila suatu model sudah
dikembangkan, model harus diuji validitasnya lebih dulu sebelum digunakan.
TEORI KEPUTUSAN
Teori keputusan adalah suatu pendekatan analitik untuk
memilih alternative terbaik dari suatu keputusan. Teori keputusan bertujuan
untuk memberikan alat bagi manajemen dalam rangka proses pengambilan keputusan.
Oleh karenanya, teori keputusan dapat diterapkan dalam berbagai masalah
manajemen operasi.
Pada saat pengambilan keputusan, secara tipikal
terdapat tiga kondisi/situasi yang dihadapi pengambil keputusan, yang
diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepastian dari hasil (payoff, outcome)
yang akan terjadi.
Tiga jenis
kondisi itu ialah:
1. Ketidakpastian
– mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin
terjadi dari suatu keputusan, dan probablilitas setiap kemungkinan tidak
diketahui.
2. Berisiko
– mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin
terjadi dari suatu keputusan, dan probablilitas setiap hasil diketahui atau
dapat diperkirakan oleh pengambil keputusan
3. Kepastian
– mengacu kepada situasi dimana hanya ada satu hasil yang mungkin terjadi dari
suatu keputusan, dan hasil ini diketahui secara tepat oleh pengambil keputuan.
Ketiga kondisi itu berpengaruh pada tekhnik
keputusan yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Tidak setiap teknik
keputusan cocok untuk semua kondisi.
1. Pengambilan
Keputusan Pada Kondisi Ketidakpastian
Pengambilan keputusan pada kondisi ketidakpastian
(decision making under uncertainty) mengasumsikan pengambil keputusan tidak
tahu dengan pasti hasil yang mungkin terjasi dari setiap alternative, bahkan
probabilitasnya sekalipun.
Dalam hal ini
dikenal tiga kriteria pengambilan keputusan:
1)
Maximax
Kriteria ini mencari
hasil yang paling baik (maximum) untuk setiap pilihan investasi, dan kemudian
membuat keputusan berdasarkan nilai maximum dari hasil maximum itu. Karena
kriteria keputusan ini memmilih alternative dengan keuntungan setinggi mungkin,
disebut sebagai keputusan kriteria yang optimistic.
2) Maximin
Kriteria ini mencari
alternative yang maximum dari hasil yang minimum dari setiap alternative.
Pertam, dicari hasil minimum dari setiap alternative, dan selanjutnya memilih
alternative dengan nilai terbesar dari yang terkecil tadi. Karena kriteria ini
memilih alternative yang memiliki kerugian terkecil, disebut sebagai kriteria
keputusan pesimistik.
3) Sama
Rata
Kriteria sama rata
(equally likely), juga dikenal sebagai Laplace, memilih alternative dengan
rata-rata sama tinggi. Dimulai dengan menghitung rata-rata hasil untuk setiap
alternatife, kemudian pilih alternatif yang memberikan nilai rata-rata yang
maximum. Kriteria ini mengasumsikan bahwa seluruh kemungkinan kejadian dianggap
sama.
2. Pengambilan
Keputusan Pada Kondisi Beresiko
Kondisi berisiko berada
diantara kondisi pasti dan tidak pasti. Pengambilan keputusan pada kondisi
berisiko ( decision making under risk ) mengasumsikan bahwa pengambil keputusan
meskipun tidak tahu pasti hasil apa yang akan diperoleh dari setiap
alternative, masih memiliki gambaran tentang probablilitas dari setiap
keadilan. Dari kemungkinan itu pengambil keputusan dapat menghitung perkiraan
dari hasil suatu alternative. Misalkan manajer (pengambil keputusan) tidak tahu
dengan pasti apakah harga bahan baku akan naik atau tidak, tetapi dapat
memperkirakan bahwa kemungkinan harga naik 30%. Dari perkiraan itu, manajer
dapat menghitung apakah lebih menguntungkan membeli dalam jumlah besar atau
tetap.
Pengambilan keputusan
jenis ini merupakan situasi keputusan probablilistik, dan yang paling sering
terjadi. Berbagai kemungkinan keadaan dapat terjadi, masing-masing dengan
probablilitasnya sendiri-sendiri. Pendekatan yang paling banyak digunakan pada
posisi ini ialah kriteria nilai harapan moneter (expected value , EV) saja.
Expected Value (EV) – menentukan harapan hasil untuk setiap altenatif, dan
memilih alaternatif dengan nilai harapan tertinggi. EV merupakan penjumlahan
dari hasil untuk suatu alternative dimana setiap hasil diberikan bobot
berdasarkan probablilitasnya untuk keadaan yang relevan. Jumlah
(probabalilitas) harus sama dengan 1,00. Berdasarkan table kaputusan dan
probablilitas untuk setiap keadaan, EV untuk setiap alternative bisa dihitung.
EV dapat dirumusakan sebagai berikut:
Di mana:
= probablilitas
terjadinya kejadian i
= hasil yang
diperoleh kejadian i
3. Pengambilan
Keputusan Dengan Kondisi Pasti
Pada kondisi pasti, pengambilan keputusan mengetahui
dengan pasti hasil dari setiap alternative keputusan yang diambil dan akan
memilih alternative yang akan memaksimalkan keinginannya. Dalamsituasi
tertentu, adalah kemungkinan untuk mendapatkan kepastiannya suatu keadaan.
Misalnya, pemasaran suatu produk baru sangat dipengaruhi oleh riset pasar
terhadap produk itu. Pengambil keputusan mempunyai perkiraan bahwa produk akan
diterima pasar. Tetapi dia dapat menunda keputusan membuat dan memasarkan
produk baru itu sampai riset pasar selesai dilakukan. Jika riset pasar
menunjukan hasil yang positif, produk dibuat dan dipasarkan, jika hasil
negative, rencana pemasaran produk dibatalkan. Yang menjadi perhatian adalah
apakah biaya yang dihasilkan dari hasil opsi menunda keputusan lebih rendah
dari keuntungan yang akan diraih. Dari keadaan ini dikenal nilai harapan dari
informasi sempurna (expected value of perfect information, EVPI). EVPI
merupakan perbedaan antara hasil yang diharapkan pada kondisi pasti dengan
hasil yang diharapkan pada kondisi yang beresiko.
EVPI = EVUC-EVmaks
Di mana:
EVUC = nilai
harapan pada kondisi pasti(expected value certainty)
EV maks = nilai harapan maksimum
TYPES OF DECISIONS
There have been many attempts to categorize and
classify the types of decisions that organizations commonly face. One widely
accepted model divides all organizational decisions into three categorize are
technical, managerial, and institutional decisions. According to the model, not
only are these decisions different in kind, but they are also typically made by
different individuals within the organization.
1)
Technical
decisions
Technical decisions concern the process by which
input are changed into outputs by the organization. Such inputs may be people,
information, or products.
2)
Managerial
decisions
Managerial decisions making is also concerned with
regulating the relationship between the organization and its immediate
environment. Maintenance and control of these inventories and forecasting of
shorter changes in supply and demands conditions are all part of managerial
decision making.
3)
Institutional
decisions
Institutional
decisions involve long-term planning and policy formulation. They concern such
issues as diversification of activities, large-scale capital expansion,
mergers, shifts in research and development activities, and other critical
organizational choices.
POHON KEPUTUSAN
Pohon
keputusan (decision tree) adalah gambaran skematik dari dari alternative yang
tersedia bagi pengambil keputusan dan kemungkinan hasilnya. Pohon keputusan
mempunyai fungsi yang sama dengan table keputusan, namun biasanya lebih sesuai
untuk situasi analisis yang memiliki keputusan berjenjang.
Pohon keputusan
dibuat dan dibaca dari kiri kekanan. Cabang yang berasal dari segi empat
(simpul keputusan) menunjukan alternative atau pilihan keputusan, sedangkan
cabang yang berasal dari lingkaran (simpul kejadian/peristiwa) menunjukan
kejadian yang akan terjadi dari setiap alternative beserta probabilitasnya.
JENIS-JENIS KEPUTUSAN
Jenis keputusan yang anda buat akan
mempengaruhi metode pembuatan keputusan yang anda gunakan. Sebagian besar
masalah yang dijumpai bisa terprogram bisa pula tidak.
Keputusan terprogram adalah
keputusan yang bersifat rutin. Ini adalah masalah yang anda yang anda ketahui
dengan baik. Masalah ini terjadi berulang kali artinya masalah ini sering kali
muncul dan cenderung dapat diramalkan.
Prosedur Operasi Standar (SOP)
digunakan untuk mengarahkan perhatian kepada keputusan yang terprogram. SOP
memastikan konsisitensi diseluruh organisasi. Untuk masalah yang sederhana,
anda biasanya mempunyai prosedur atau respon yang sudah ada, bukan menciptakan
cara baru. Masalah sederhana tidak perlu menyita banyak waktu dan perhatian
anda. komputer dapat membantu menyederhanakan masalah yang lebih komplek untuk
dijadikan keputusan yang terprogram yang dapat terpecahkan dengan mudah.
Keputusan tidak terprogram adalah
keputusan yang baru dan tidak rutin. Masalah-masalah ini cenderung tidak dapat
diramalkan. Biasanya tidak ada prosedur yang tersedia karena masalah ini
cenderung baru. Pemecahan yang kreatif diperluakan mengingat kejadian yang luar
biasa yang menyebabkan masalah-masalah tersebut..
Keputusan yang terprogram biasanya
ditandatangani pada tingkat organisasi yang lebih rendah, sedangkan keputusan
yang tidak terprogram biasanya dibuat pada tingkat yang lebih tinggi. Akan
terdapat komplikasi yang signifikan apabila manajer puncak menghabiskan lebih
banyak waktu utuk keputusan rutin. Hal ini menyebabkan manajemen tidak efektif.
KOMPONEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sebuah situasi pengambilan
keputusan mengandung beberapa komponen keputusan itu sendiri dan kejadian
sesungguhnya yang dapat terjadi dimasa mendatang, dikenal sebagai Kondisi dasar
(state of nature). Pada saat keputusan dibuat, pengambilan keputusan tidak
yakin atas kondisi dasar yang akan terjadi dimasa mendatang dan tidak memiliki
kendali atas kondisi dasar tersebut.
Misalkan perusahaan distributor
ingin membeli computer untuk meningkatkan jumlah pesanan yang dapat diproses
dan dengan demikian dapat meningkatkan bisnisnya. Jika kondisi ekonomi tetap
baik, perusahaan akan memperoleh peningkatan laba yang besar. Namun, jika
kondisi ekonomi cenderung menurun maka perusahaan akan rugi. Dalam situasi
seperti ini, keputusan mungkin adalah membeli computer dan tidak membelinya.
Kondisi dasarnya adalah kondisi ekonomi yang baik dan kondisi ekonomi yang
kondisi yang buruk. Kondisi dasar yang terjadi akan menetukan hasil dari
keputusan, dan sudah jelas bahwa pengambil keputusan tidak memiliki kendali
atas kondisi yang akan terjadi.
Untuk memudahkan analisis keputusan
jenis ini agar keputusan yang terbaik dapat dihasilkan, apa yang telah
disebutkan diparagraf sebelumnya diatur disebuah tabel hasil pertukaran (payoff
tabel). Secara umum, tabel hasil pertukaran adalah alat untuk mengorganisasikan
dan mengilustrasikan hasil-hasil dari berbagai keputusan yang berbeda,
berdasarkan bermacam-macam kondisi dasar dalam suatu masalah. Bentuk tabel
hasil pertukaran di perlihatkan dalam tabel 12.1
Masing-masin keputusan, 1 atau 2 ,
dalam tabel 12.1 akan memberi hasil, atau pertukaran, kondisi dasar tertentu
yang dapat terjadi dimasa akan datang. Umumnya, pertukaran dinyatakan dalm
bentuk lama pendapatan, atau biaya (walaupun mereka dapat dunyatakan dalam
berbagai bentuk kuantitas). Misalnya, jika keputusan 1 adalah membeli computer
dan kondisi dasarnya adalah kondisi ekonomi yang baik, pertukaran 1a adalah
$100.000 dalam bentuk laba.
Sering terjadi bahwa suatu
probalitas ditentukan atas kondisi dasar untuk membantu pengambilan keputusan
dalam memilih keputusan mana yang dapat memberikan hasil terbaik. Walaupun
demikian, dalam beberapa kasus pengambilan keputusan tidak dapat menentukan
probalitas atas kondisi dasar, dan situasi inilah yang akan dibahas terlebih
dahulu.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN TANPA
PROBABILITAS
Contoh berikut ini akan
mengilustrasikan pembentukan tabel hasil pertukaran tanpa probabilitas. Seorang
investor ingin membeli salah satu dari tiga jenis real estat. Ia harus memutuskan
antara sebuah apartemen, sebuah bangunan kantor, dan sebuah gudang. Kondisi
dasar dimasa akan datang yang akan menetukan besar laba yang akan diperoleh
investor tersebut adalah kondisi ekonomi yang baik dan kondisi ekonomi yang
buruk. Laba yang dihasilkan masing-masing keputusan dapat dilihat di tabel 12.2
dibawah ini:
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN
PROBALITAS
Kriteria pengambilan keputusan yang
baru disajikan didasarkan pada asumsi bahwa informasi mengenai kemungkinan
terjadinya kondisi dasar tidak tersedia. Jadi tidak ada probabilitas kejadian
(probabilities of accurrence) yang diberikan pada setiap kondisi dasar, kecuali
setiap kondisi dasar memiliki kemungkinan sama untuk terjadi dan memberikan
bobot 0.05 untuk setiap kondisi dasar dalam contoh kita, secara implisit kita
memberikan probabilitas sebesar 0.05 terjadinya setiap kondisi dasar.
Kadang kala memungkinkan bagi
pengambil keputusan untuk mengetahui kondisi dasar dimasa mendatang dan bisa
memberikan probabilitas kejadian. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa
kriteria yang dapat membantu mengambil keputusan. Kita hanya akan
mempertimbangkan dua dari kriteria, yaitu: nilai yang diperkirakan (expected value
) dan peluang rugi yang diperkirakan (expected opportunity loos), walaupun
beberapa kriteria lain, seperti maximum likelihood criterion, juga tersedia.
AN
APPLIED APPROACH TO DECISION MAKING
Two researchers,
Victor Vroom and Philip Yetton, have recently developed a normative model of
decision making. They identify five styles of decision making based on the
degree of participants by subordinates in choosing an alternative. The five
styles are as follows :
1. Managers
make the decision themselves, using the information available at the time.
2. Managers
obtain information from subordinates, then make the decision themselves.
3. Managers
discuss the problem with subordinates as a group, but make the decision
themselves.
4. Managers
discuss the problem with subordinates on an individual basis, but make the
decision themselves.
5. Managers
share the problem with subordinates as a group. Alternatives are generated and
evaluated jointly by managers and subordinates and the decision is made by
consensus. Managers accept and implement any solution that has the support of
the group.
PERANTI PARA PEMBUAT KEPUTUSAN
Keputusan strategis biasanya dibuat
dijenjang organisasi yang lebih tinggi. Namun, anda hendaknya mengetahui bahwa
lebih banyak tanggung jawab manajemen strategis yang didelegasikan ke seluruh
organisasi. Pembuat keputusan strategis bisa mempertimbangkan alat-alat berikut
untuk membantu dalam proses pembuatan keputusan:
§ Matrix
pembuatan keputusan strategis yang digunakan untuk pemilihan strategis bagi
organisasi.
§ BCG
(Boston Consulting Group) Growth Share Matrix memberikan pendekatan portofolio
untuk perumusan strategi.
§ GE
(General Electric) Matrix (disebut pula GE Business Screen) adalah pendekatan
porto folio untuk menentukan posisi strategis suatu bisnis berdasarkan daya
tarik industry dan kekuatan unit bisnis.
Keputusan operasional biasanya
dibuat ditingkat lebih rendah. Alat-alat berikut ini dapat membantu anda dalam
proses pembuatan keputusan pada tingkat ini:
·
Tabel
payoff menyediakan matriks nilai kondisional elemen-elemen situasi.
·
Pohon
keputusan adalah diagram “pohon” yang menggambarkan alternatif-alternatif dan
pelunasan utang.
·
Analisa
impas merupakan analisa hubungan antara output yang dihasilkan dengan
pengeluaran dan biaya yang terkait untuk menentukan tingkat hasil dimana perusahaan
impas secara financial.
·
Program
linear adalah alat bantu dalam mengalokasikan sumber daya.
·
PERT
(Performance Evaluation and Review Tecnology) adalah pendekatan jaringan untuk
memproyeksikan penjadwalan.
Sejumlah alat tersedia bagi para
pembuat keputusan. Alat-alat yang disebutkan dalam bagian ini disertai dengan
penjelasan singkat tentang apa yang didapat dibantu dengan alat itu.
GROUP DECISION MAKING
Group
assets
The
principal assets of groups in decision making are the following :
1.
More
knowledge exists in a group than in any of its individual members
2. Group
members present a greater number of approaches to a problem
3.
Participation
in group problem solving increase acceptance of the decision by members,
reducing resistance to it.
4. When
those who must implement a decision participate in making it, they have a
better comprehension of all the alternatives that have been considered and
rejected.
Group
liabilities
The
forces operating within groups which can be liabilities include :
1. Social
pressure from group members leads t conformity, regardless of the quality of
the solutions. Reaching agreement is confused with finding the right answer.
2.
Problems
have a variety of potential solutions. Each solution receives both critical and
supportive comments from group members.
3.
“Winning”
arguments can be each group member’s objective, to the detriment of the
collective performance.
4. A
dominant individual may negate the group and convert the process to individual
decision making.
GROUP DECISION MAKING AND THE USE OF COMMITTEES
Although
discussion of the steps involved in the decision making process focused
primarily on the individual decision maker, many of the decision in large,
complex organizations are made by groups. The shared power, bargaining
activity, and need for compromise present in most group decision further
complicate the decision making process.
Group decision
making strengths
1. Group
decisions may be more accurate than individual decisions
2. More
information can be processed by the group than by an individual decision maker
3. More
alternatives can be proposed and the brainstorming of ideas can be conducted
4. Managers
acceptance of solution is increase through their participation
Group decision
making weakness
1. Decision
made by groups take longer – as much as 50 percent longer than individual
decisions.
2. Group
decisions are often compromise decisions – rather than the selection of the
most appropriate alternatives.
3. Indecisiveness
and buckpassing are sometimes characteristic of groups.
4. Groups
are occasionally dominated by one or a few individuals; this is particulary
common when individual who rank higher in status in the organization are
present.
ESKALASI: MASALAH KHUSUS DALAM
PEMBUATAN KEPUTUSAN
Eskalasi adalah masalah utama dalam
pembuat keputusan. Ego manusia menyebabkan manusia tetap berpegang pada
keputusanya meskipun keputusan itu tidak berhasil. Orang tidak ingin kalah,
sehingga mereka membuat lebih untuk membuat keputusannya berhasil, meskipun
keputusan itu tidak berhasil. Orang terus melakukan segala upayanya untuk
membuat keputusan yang berhasil. Orang tidak ingin kalah sehingga mereka
berbuat lebih untuk membuat keputusannya berhasil.
Pembuat keputusan juga memikirkan
tentang penekanan biaya yang merupakan suatu kesalahan. Manajer harus
membuktikan kebenaran finansialnya. Jangan berpikir apa yang telah dikeluarkan
tapi berpikirlah tentang biaya yang akan datang seakan-akan untuk meneruskan
keputusan baru.
Kebutuhan untuk membenarkan
keputusan sebelumnya (meskipun tampaknya gagal) bisa mendorong eskalasi. Dengan
kata lain apabila keputusan itu ditinggalkan, maka hal itu akan menandakan kepada
orang lain bahwa keputusan itu salah.
Maka, agar efektifdalam membuat
keputusan anda juga harus mengetahui kapan saatnya harus berhenti. Penjudi
menyebut hal ini sebagai mengetahui kapan harus menutup kartunya. Kuncinya
adalah mengetahui kapan kartu harus berpindah ke pilihan lain.
KREATIF DAN INOVASI
Tidak semua masalah dapat
diselesaikan secara efektif dengan pembuatan keputusan yang rasional. Banyak
masalah lain yang membutuhkan pendekatan yang berbeda. Organisasi tidak boleh
tetap sama. Bisnis tidak mungkin dilaksanakan dengan cara yang persis sama seperti
cara yang digunakan satu decade lalu. Setiap bisnis harus membuat perubahan
agar tetap kompetitif dan responsif terhadap perubahan lingkungan. Kreativitas
dan inovasi adalah keharusan. Pemecahan masalah yang kreatif akan memberikan
alternatif-alternatif baru.
Kreativitas dan inovatif perlu demi
kebaikan oraganisasi anda. Kreativitas adalah pemunculan gagasan unik. Inovatif
adalah penggunaan gagasan-gagasan unik ini.
Empat frase kreativitas adalah:
1. Persiapan
2. Inkubasi
3. Wawasan
4. Verivikasi
Persiapan meliputi kerja
pendahuluan. Persiapanlah dari sekadar kilasan wawasan. Kuncinya adalah
menggabungkan dua ilmu pengetahuan yang tidak ada hubungannya. Inilah yang
terjadi ketika penisilin ditemukan dengan menemukan cendawan yamg tumbuh di
cawan laboraturium.
Fase inkubasi mengharuskan anda
melangkah mundur untuk merenung dan rileks. Dalam fase ini anda tidak berpikir
mengerjakan.
Wawasan melibatkan
pengidentifikasikan hubungan baru. Pada fase ini solusi ini menjadi jelas.
Meskipun pengamat mungkin berpendapat bahwa wawasan ini adalah ilham semalam,
dalam kenyataan wawasan dicapai secara perlahan-lahan dan merupakan produk dari
fase-fase sebelumnya.
Fase keempat dari kreativitas
adalah fase verifikasi. Pada fase ini dilaksanakan pengujian gagasan. Ini
dilakukan untuk memverifikasi bahwa gagasan itu berhasil dan dapat digunakan.
BAGAIMANA MENDORONG KREATIVITAS
Kreativitas adalah esensial dalam
lingkungan yang bergolak. Anda tidak harus kreatif, tetapi juga harus bisa
mendorong kreativitas dalam diri orang lain.
Untuk mendorong kreativitas
orang-orang disekitar anda, pertimbangkan tip-tip berikut:
·
Pekerjaan
orang-orang kreatif. Organisasi anda perlu suntikan kreativitas. Disamping itu,
orang-orang kreatif ini bisa menjadi teladan bagi karyawan yang lama.
·
Latihlah
karyawan untuk menjadi kreatif. Karena setiap orang dapat belajar menjadi
kreatif.
·
Ciptakan
iklim yang mendorong kreativitas. Pastikan bahwa proses dan struktur organisasi
mendorong kreativitas.
·
Bentuk
fleksibelitas. Berikan karyawan waktu luang selama jam kerjanya untuk
mengembangkan gagasan dan proyek mereka sendiri.
·
Hargai
gagasan baru.
·
Berikan
karyawan untuk berinteraksi.
·
Rayakan
kesuksesan.
Orang kreatif juga mempunyai
kinerja lebih baik dengan batas waktu yang ketat.
KARAKTERISTIK ORGANISASI KREATIF
Organisasi yang
kreatif dapat dibedakan dengan organisasi yang lain. Karakteristiknya adalah
sebagai berikut:
·
Komunikasi
yang terbuka dengan aliran gagasan yang bebas.
·
Tidak
ada batasan mengenai cara melaksanakan pekerjaan.
·
Tenaga
kerja heterogen.
·
Evaluasi
gagasan secara objektif didasarkan pada prestasi.
·
Organisasi
yang kreatif mendorong pengambilan resiko.
·
Struktut
desentralisasi penting sekali.
·
Kebebasan
pribadi ditemukan dalam organisasi kreatif.
HAMBATAN-HAMBATAN DAN PEMECAHAAN MASALAH KREATIF
Ada sejumlah hambatan yang
menghalangi proses pemecahan masalah kreatif. Mengetahui hambatan-hambatan ini
adalah langkah pertama untuk mengatasi hambatan tersebut.
Kreativitas akan tehambat oleh
supervaisor yang menghukum atau memiliki toleransi yang kecil terhadap
kesalahan. Struktur yang kaku (terutama struktur sentralisasi tingkat tinggi)
tidak memberikan kesempatan untuk kreativitas.
Salah satu hambatan paling besar
dalam kreativitas adalah kurangnya waktu. Ketika waktu tidak ada untuk
berefleksi, tak ada pula waktu untuk berkreasi.
KETERBATASAN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sekalipun keputusan
yang diambil dalam setiap masalah yang dihadapi selalu diupayakan melalui
proses sleksi yang cukup ketat dan sistematis. Akan tetapi berbagai keputusan
yang diambil tidak memiliki kelemahan, bahkan dapat dikatakan dalam berbagai
kasus memiliki banyak keterbatasan.
Keterbatasn-keterbatasan
dalam pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan
umum dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu keterbatasan
yang dalam pengambilan keputusan yang rasional adalah diakibatkan olehkesalahan
umum yang biasa terjadi, yang biasa dikenal “bias”. Bias ini dapat disebabkan
karena pengambil keputusan terlalu melakukan generalisasi atau situasi yang
dihadapi, atau mungkin juga disebabkan oleh faktor emosi yang terlibat, dan
sebagainya.
2. Keterbatasan
Rasionalitas
Factor rasio memiliki
berbagai keterbatasan ketika apa yang mungkin dapat diperoleh dan dimiliki oleh
pengambil keputusan tidak sejalan dengan kemampuan dari pengambilan keputusan
itu sendiri. Diantara faktor penyebab keterbatasan rasionalitas adalah sumber
daya yang terbatas, informasi yang berlebh, keterbatasan ingatan, dan masalah
keahlian.
3. Factor
Lingkungan Yang Berisiko
Risiko adalah salah
satu faktor dalam setiap pengambilan keputusan dan kegiatan yang kita kerjakan.
Sekalipun kita telah meminimalisir, tak jarang terjadi risiko yang terjadi
diluar perkiraan kita, terlebih jika dikaitkan dengan faktor lingkungan yang
bersifat makro dan diluar kendali perusahaan. Hal ini dapat mendorong keputusan
yang diambil sering kali tidak sesuai dengan implementasi dan pencapaian tujuan
yang diharapkan.
MEMPERBAIKI KEPUTUSAN
Berbagai
keterbatasan memungkinkan terjadinya ketidaksesuaian dalam implementasi
kegiatan. Akibatnya, masalah yang hendak diselesaikan belum juga dapat
dipecahkan melalui alternative yang telah diambil.
Upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki keputusan yang telah diambil adalah sebagai
berikut:
·
Penggunaan
aturan terhadap alternative keputusan
·
Pengujian
terhadap berbagai alternative keputusan
·
Pengambilan
keputusan secara tim atau berkelompok
PEMBUAT KEPUTUSAN YANG SUKSES
Pembuat
keputusan yang sukses menpunyai kesamaan tingkah laku. Pertimbangan apa yang
harus dilakukan pembuat keputusan yang sukses ini dan renungan seberapa banyak
dari tingkah laku iniyang ada pada anda:
§ Selalu
siap. Pembuatan keputusan mengharuskan diselesaikannya pekerjaan rumah dan
dikumpulkannya informasi.
§ Mengetahui
budaya organisasi. Pembuatan keputusan didasarkan pada budaya organisasi.
Keputusan dipandu oleh nilai-nilai dari inti budaya tersebut.
§ Benar-benar
menggunakan proses pembuatan keputusan. Mendasarkan keputusan berdasarkan data,
bukan emosi.
§ Melibatkan
karyawan dalam proses pembuatan keputusan. Mendengarkan orang-orang yang benar
menggerjakan pekerjaan.
§ Mendukung
pengambilan keputusan dari kelompok bila perlu. Memastikan bahwa informasi yang
digunakan benar. Kualitas informasi yang digunakan berdampak pada pengambilan
keputusan.
§ Gunakan
pemecahan masalah yang kreatif bila diperlukan. Tidak semua masalah dapat
dipecahkan dengan pemecahan masalah rasional.
§ Ciptakan
iklim terbuka untuk mendorong umoan balik.
DAFTAR PUSTAKA
Herjanto
Eddy. 2001. Manajemenn Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia pustaka
Utama
Sule
Ernie Tisnawati. 2005.Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media
Siswanto H. B. 2005. Pengantar
Manajemen. Bandung : PT. Bumi Aksara
Buhler Patricia. 2007. Alpha
Teach Yourself Management Skills Edisi kedua. Jakarta : Prenada Media Group
Taylor III,Bernard W. 2008. Introduction
To Management Science Edisi Kedelapan. Jakarta : Salemba Empat
Webber, Ross A. 1981. To Be a
Manager Essentials of Managemet. United States : Richard Irwin, Inc
Bone, Louise E., David L. Kurtz.
1984. Principles of Management Second Edition. United States : Random
house Inc
SOAL PENGANTAR MANAJEMEN
1. Mengapa
manajemen itu penting ?
2. Apa
perbedaan yang anda lihat antara manajemen masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang ?
3. Apa
hubungan antara motivasi, kebutuhan dan keterdesakkan ?
4. Bagaimana
membangun sebuah organisasi yang kuat tanpa manajemen yang kuat? Kalau iya,
kenapa? Kalau tidak, kenapa?
5. Apa
kaitannya antara ilmu manajemen, gaya kepemimpinan dalam manajemen dengan
struktur organisasi itu ?
6. Bagaimana
pandangan anda mengenai reward dan punishment secara berkeadilan dalam
kaitannya dengan disiplin kerja ?
7. Apa
yang salah dengan manajemen bangsa ini, dari masa pemerintahan soekarno sampai
saat ini?
JAWAB
1.
Manajemen
itu penting karena manajemen merupakan suatu proses yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya manajemen yang baik maka semuanya
akan menjadi berantakan dan tujuan perusahaan tidak akan tercapai.
Manajemen terdiri dari fungsi-fungsi
yang sangat penting dan saling berhubungan.
Fungsi pertama yaitu planning, yang
merupakan langkah awal suatu perusahaan dalam menetukan tujuan perusahaan dan
bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Fungsi kedua yaitu organizing,
merupakan tindakan lebih lanjut yang mencakup persiapan yang dilakukan untuk
melaksanakan planning menjadi kegiatan nyata dengan penyusunan struktur
perusahaan dan pembagian kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang diharapkan
secara efisien.
Fungsi ketiga yaitu controlling,
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengontrol kegiatan yang sedang
dilaksanakan agar tidak terjadi penyimpangan.
Fungsi keempat yaitu evaluating,
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai apakah semua yang telah
dilakukan sesuai dengan prosedur dan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan
apakah ada kesalahan yang terdapat di dalamnya sehingga dapat diperbaiki dan
dijadikan sebagai pelajaran untuk masa yang akan datang.
Orang-orang yang ingin ikut serta
dalam organisasi baik formal maupun informal harus mempelajari manajemen karena
tanpa manajemen maka usaha yang dilakukan dalam pencapaian tujuan hanya akan
sia-sia.
2. a)
Manajemen pada masa lalu, kebanyakan karyawan merasa cukup senang memiliki
pekerjaan tanpa memandang kondisinya. Nasib karyawan menjadi lebih baik ketika mereka
melanjutkan pendidikannya, pengaruh serikat buruh juga meningkatkan ukuran
hidup bagi karyawan.
b) Manajemen pada saat ini, pekerja
mulai mengharapkan lebih banyak dari pekerjaan mereka. Karyawan ingin
memperoleh yang terbaik dari pekerjaannya. Peran seorang manajer menjadi sangat
luas dalam organisasi dan tingkatannya.
c) Manajemen pada masa yang akan
datang, kemungkinan akan muncul tekanan untuk memperluas cara kerja organisasi
yang ada. Efisiensi menjadi sangat dihargai sebagai pengembangan manajemen masa
lampau.
3. Menurut
pendapat kami, sebelum dihubungkan antara motivasi, kebutuhan, dan
keterdesakkan. Kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi masing-masing
dari hal tersebut.
-
Motivasi
adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak
mau bertindak seringkali disebut tidak memiliki motivasi.
-
Kebutuhan
adalah suatu keinginan terhadap suatu benda atau jasa yang pemuasnya dapat
dilakukan baik bersifat jasmani/rohani. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut,
tidak dapat dipenuhi secara sekaligus namun dengan cara bertahap.
-
Keterdesakan
adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa dirinya tertekan oleh suatu hal
atau masalah yang pada saat itu juga dan dalam waktu yang singkat harus dapat
dislesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, kami
menyimpulkan bahwa seseorang hidup di dunia ini membutuhkan makan, sandang, dan
papan. Dan jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka seseorang
tersebut tidak dapat hidup enak di dunia ini. Karena itu seseorang akan merasa
terdesak jika salah satu kebutuhan di atas tidak terpenuhi. Dan ketika
seseorang merasa dirinya terdesak maka munculah motivasi untuk menyelesaikan
masalah hidupnya tersebut, baik dengan cara yang nekat atau yang haram menjadi
halal. Namun kebanyakan orang jika mempunyai masalah yang besar dia akan
menghindar meskipun masalah tersebut akan terus mengejarnya.
4. Menurut
kami, sebuah organisasi tidak akan pernah bisa menjadi organisasi yang kuat
tanpa adanya manajemen yang baik. Hal itu disebabkan karena manajemen dalam
suatu organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting yang tak bisa lepas
dari tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu, manajemen yang baik sangatlah
diperlukan dalam mengatur suatu organisasi agar organisasi yang kuat dapat
terbentuk dan tujuan yang diinginkan oleh organisasi dapat tercapai.
5. Manajemen
sebagai ilmu dapat diartikan sebagai kemampuan yang digunakan untuk
mengaturorganisasi dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga
hal ini pasti akan berpengaruh dengan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan
oleh seorang pemimpin, yang sudah pasti berbeda-beda gaya kepemimpinannya.
-
Ada
beberapa pemimpin yang secara mutlak memutuskan apa yang baik bagi organisasi
yang dipimpinannya atau cenderung bersikap otoriter. Gaya yang bersifat otoriter
ini akan membentuk sebuah struktur organisasi garis. Struktur organsasi seperti
ini jelas hanya akan tergantung pada seorang pemimpin
-
Selain
yang bersifat otoriter, ada juga pemimpin yang bersifat demokratis. Artinya,
perrmasalahan yang dialami oleh organisasi menjadi pembahasan bagi karyawan
dengan pimpinan. Gaya kepemimpinan yang seperti ini biasanya akan membentuk
struktur organisasi lini. Artinya cakupannya akan sangat luas, karena keputusan
untuk perusahaan bisa diambil oleh semua karyawan yang terkait dalam bidangnya.
-
salah
satu gaya kepemimpinan yang lain adalah semi demokratis. Dalam semi demokratis
semua yang menjadi masalah bagi perusahaan menjadi pokok bahasan antara
pimpinan dan karyawan. Namun, keputusan yang diambil tetap berada di tangan
pimpinan. Struktur organisasi yang terbentuk dari gaya kepemimpinan seperti ini
adalah perpaduan antara struktur organisasi garis dan lini.
6. Menurut
pandangan kami, reward dan punishment itu sangat bagus untuk meningkatkan
disiplin kerja karyawan. Karena reward dan punishment yang berkeadilan akan
membuat para karyawan lebih semangat bekerja karena termotivasi untuk
mendapatkan reward atau imbalan. Sedangkan reward itu sendiri akan diberikan
bagi karyawan yang teladan dan disiplin yang biasanya selama satu tahun.
Sedangkan bagi karyawan yang kurang disiplin kerjanya maka dia akan mendapat
punishment atau hukuman. Sehingga dengan adanya reward dan punishment dalam
suatu perusahaan maka karyawan mau tidak mau harus selalu disiplin kerja jika
tidak ingin mendapat punishment.
7. Di
masa kepemimpinan Soekarno : Pada masa ini, Soekarno mencoba bersikap netral, yaitu
dengan tidak memihak salah satu pun dia antara dua blok yang sedang terjadi
konflik yang bertujuan menguasai dunia tersebut. Sehingga terbentuklah gerakan
non blok yang menjadi bukti bahwa Indonesia tidak ingin terlibat dengan
permusuhan yang terjadi di antara dua blok tersebut. Namun, dalam bangsa ini
menjadi sistem pemerintahan demokrasi terpimpin, yakni segala keputusan
berpusat pada keputusan pemimpinnya, ini hampir mirip seperti gaya kepemimpinan
otoriter.
Di masa kepemimpinan Soeharto :
Pada masa ini, Soeharto menggunakan kerabat-kerabat dekat untuk mempertahankan
posisi tertingginya sebagai presiden. Manajemen pada era ini dikenal dengan
Pembangunan Nasional untuk menarik hati rakyat. Namun pembangunan tersebut
tidak ada kepastiannya karena tidak memiliki batasan waktu yang jelas sehingga
rakyat menjadi tidak sabar.
Di masa kepemimpinan Habibie : Pada
masa ini, bangsa lebih menjadi reformasi. Dan karena reformasi inilah
Timor-Timur tidak lagi menjadi bagain dari Indonesia karena kereformisan
Habibie yang memberikan pilihan pada Timor-Timur untuk memilih tetap menjadi
bagian dari Indonesia atau terpisah dari NKRI.
Di masa kepemimpinan Abdurrahman
Wahid : Pada masa ini, Gus Dur lebih bnayak menerima informasi dari orang-orang
terdekatnya daripada lembaga pemerintahan saat itu. Selama pemerintahanya tidak
ada program jelas yang ingin dijalankannya.
Di masa kepemimpinan Megawati :
Megawati selalu memaksimalkan birokrasinya yakni pembantu-pembantunya. Tetapi
pada saat itu mengalami krisis. Sehingga, kebutuhan masyarakat menjadi tidak
terpenuhi.
Di masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono :
dapat kita lihat selama ini bahwa SBY selalu berhati-hati sebelum membuat suatu
keputusan dan selalu mempertimbangkannya terlebih dahulu dengan matang dan
memakan waktu lama. Hal ini yang membuat masyarakat tidak sabar, meski SBY
selalu memperhatikan kepentingan rakyatnya.