Entri Populer

Jumat, 10 Agustus 2012

“ PENGARAHAN”

Pengantar Manajemen


“ PENGARAHAN”


1.      Pendahuluan
Memberi pengarahan adalah fungsi atau tugas yang keempat dari pimpinan. Bila perencanaan pekerjaan sudah tersusun, struktur organisasi sudah ditetapkan dan posisi (Jabatan) dalam struktur organisasi atau perusahaan sudah terisi, berkewajibanlah pimpina untuk menggerakkan bawahan. Artinya memutar roda mesin perusahaan dan pengkoordinasian agar apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat direalisasi. Menggerakkan bawahan inilah yang dimaksud dengan fungsi keempat dari pimpinan, yakni menggerakkan bawahan.
Sudah dimaklumi bahwa pemimpin itu adalah orang yang menghasilkan sesuatu melalui bawahannya. Bawahan hanya menghasilkan sesuatu yang diinginkan atasannya, bila atasan itu memerintah bawahan tersebut untuk berbuat atau tidak berbuat.  Jadi, jelaslah bahwa fungsi memberi perintah ialah fungsi yang berhubungan langsung dalam merealisasikan tujuan. Hampir seluruh hidupnya , dalam suatu organisasi, bawahan selalu perlu petunjuk dan bimbingan dari pimpinan maupun system organisasi, baik secara langsung maupun berdasarkan norma  yang telah tertulis . semakin besar frekuensi yang dibebankan kepada bawahan, cenderung semakin besar pula petunjuk operasional yang dioperasikannya. Meskipun pada praktiknya selama operasi, bawahan seolah-olah mampu mengerjakan pekerjaanya tanpa bantuan orang lain. Namun sebelum tindakan dilakukan, strategi teknik pelaksanaannya telah dipelajari secara matang, khususnya dari pimpinan kepada hierarki langsung bawahan yang bersangkutan.
2.      Pengertian Pengarahan
Pengarahan (Perintah) adalah suatu instruksi resmi dari seseorang atasan kepada karyawannya untuk mengerjakan atau untuk tidak melakukan sesuatu, guna merealisasikan tujuan dari sebuah perusahaan.
Suatu perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh sebaliknya. Bawahan yang di perintah ini haruslah bawahan dari atasan yang bersangkutan, tidak boleh bawahan dari atasan yang lainnya, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Jadi atasan yang memberi perintah kepada bawahan itu haruslah atasan yang memiliki wewenang untuk atau atas pekerjaan itu sendiri. Sebagai wewenang atau hak khusus, maka dia mempunyai kekuatan sanksi, wewenang tanpa sanksi tidak ada gunanya. Suatu pengarahan dapat diberikan berbagai batasan. Batasan tersebut dapat bersifat umum maupun spesifik, bergantung pada frekuensi kerja dan motif usaha yang dikembangkan. Secara umum , pengarahan dapat diberikan batasan sebagai suatu proses pembimbingan, peemberian petunjuk, dan instruktur kepada bawahan agar mereka bekerj sesuai dengan rencana yang ditetapkan.Pengarahan mencakup berbagai proses operasi standar, pedoman dan buku panduan, bahkan manajemen berdasarkan sasaran (management by objective).
Salah satu unsur penting dari suatu perintah ialah bahwa perintah itu mempunyai tujuan akhir merealisasi tujuan perusahaan. Seorang sarjana besar berkata bahwa tujuan besar fungsi memberikan komando adalah mengkoordinasikan usahaberbagai unsur organisasi dengan cara yang seefektif mungkin untuk mencapai tujuan.[1]

3.      Jenis – Jenis Pengarahan (Perintah)

A.    Perintah Lisan
Tidak ada yang menolak adanya perintah lisan. Meskipun demikian, mereka tidak sependapat tentang suatu perintah dapat di berikan secar lisan. Dalam dua hal, yaitu:
a.       Tugas yang diperintahkan itu merupakan tugas yang sederhana, dan
b.      Dalam keadaan darurat,
c.       Bawahan yang di perintah sudah pernah mengerjakan perintah,
d.      Perintah itu dapat selesai dalam waktu yang singkat,
e.       Apabila dalam mengerjakan tugas itu ada kekeliruan, tidak akan membawa akibat yang besar,
f.       Apabila bawahan yang di perintah adalah buta huruf.






v Dampak Positif
·         Tidak membutuhkan banyak waktu untuk mempersiapkannya
·         Mempunyai kemungkinan untuk menjelaskan hal – hal yang kurang jelas
·         Dapat dipergunakan kepada banyak orang

v Dampak Negatif
·         Tidak ada persiapan sebelumnya
·         Perintah langsung di berikan

B.     Perintah Tertulis
Pada umumnya perintah tertulis dapat di berikan dalam hal – hal sebagai berikut:
a.       Pada pekerjaan yang sulit, memerlukan ketrampilan, keterangan detail, angka – angka yang pasti dan terperinci
b.      Bila pegawai yang diperintah berada di tempat lain
c.       Jika pegawai yang di perintah sering pula
d.      Jika tugas yang di perintah itu berlangsung dari suatu bagian ke bagian yang lain
e.       Jika dalam pelaksanaan perintah itu, kesalahn yang terjadi dapat menimbulkan akibat yang besar.
v Dampak Positif
·      Printah tertulis menyebabkan oarng yang menerima perintah mengetahui benar tanggung jawabnya
·      Perintah tertulis mudah diperiksa guna memelihara kebenaran
·      Merupakan cara terbaik untuk menjamin persamaan dan keserupaan pelaksanaan di seluruh organisasi.[2]

v Dampak Negatif
·      Memakan waktu yang cukup lama
·      Menelan biaya yang besar
·      Mengandung infleksibilitas

Selain dari pembagian perintah seperti yang terdapat di atas, maka perintah itu dapat pula digolongkan berdasarkan macam – macam situasi maupun penerima perintah, sebagai berikut :

1.      Demand
Hendaknya dihindarkan, kecuali dalam keadaan darurat atau luar biasa. Perintah semacam ini dapat memperoleh tindakan yang segera daripada pegawai yang luntur semangatnya. Dalam keadaan yang normal pemberian perintah semacam ini hanya akan menimbulkan suasana yang tegang.

2.      Request
                        Perintah semacam ini akan lebih berhasi jika di berikan kepada pegawai yang  berpengalaman.

3.      Suggestion
Kerapkali diberikan untuk mendorong timbulnya inisiatif, pula dalam hal kita menghadapi pegawai – pegawai yang kompeten dan pegawai – pegawai yang segera mau menerima tanggung jawab.

4.      Volunter
Diberikan kepada pegawai yang biasanya enggan untuk melaksanakannya, misalnya tugas – tugas pada waktu pegawai sedang beristirahat.

4.      Prinsip – Prinsip Pengarahan (Perintah)

a.         Perintah Harus Jelas
Selanjutnya, elemen “bagaimana”, menuntut penjelasan tentang segala sesuatu yang menyangkut soal tugas yang di berikan itu sejelasnya sehingga penerima perintah meras telah memperoleh fakta – fakta yang cukup untuk melaksanakan tugas yang serahkan kepadanya.[3]


b.        Perintah di Beri Satu Per Satu
Perintah yang terlalu banyak di berikan pada waktu yang sama, memberikan kesan yang tidak baik bagi si penerima perintah. Adalah lebih tepat jika perintah di berikan satu persatu, bahkan walaupun perintah itu mempunyai pertalian yang erat satu sama lain.

c.         Perintah Harus Positif
Apabila perintah menggunakan perintah yang positif, sebab dengan perintah positif, tegas, dan jelas apa yang harus di kerjakan oleh bawahan.

d.        Perintah Harus di Berikan Kepada Orang Yang Tepat
Mengapa Perintah itu harus di berikan pada orang yang tepat ? Karena mengingat pengetahuan dan pengalamannya sanggup melaksanakan tugas itu. Sesungguhnya bukan saja tergantung kepada pengetahuan dan pengalamannya, tetapi juga kepada kecukupan waktuserta peralatan yang tersedia untuk menyelesaikantugas tersebut.

e.         Perintah Harus Erat Dengan Motivasi
Setelah orang bekerja, pada umumnya mendapat balas jasa berupa material, tetapi bilamana motivasi hanya bersifat material saja, maka ada kecenderungan kendornya semangat kerja petugas.

f.          Perintah Satu Aspek Berkomunikasi
Pemberian komuniakasi harus berkenaan di hati bawahannya dan ia mau mengerjakan dan pemberia tugas itu tidak secara sewenang – wenang.










5        Tujuan Pengarahan
Secara umum tujuan pengarahan yang ingin dicapai pada satiap system persahaan maupun organisasi adalah sebagai berikut :
a.         Menjamin Kontinuitas Perencanaan
Suatu perencanaan ditetapkan untuk dijadikan pedoman normative dalam pencapaian tujuan. Pelaksanaan kerja yang baik akan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu pengarahan dilakukan untuk menjamin kelangsungan perencanaan. Artinya perencanaan yang telah ditetapkan meskipun memiliki sifat fleksibel namun prinsip yang terkandung didalamnya harus tetap dijamin kontinuitasnya.
a.         Membudayakan Prosedur Standar
Dengan adanya pengarahan diharapkan bahwa prosedur kerja telah ditetapkan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya sehingga lambat laun menjadi kebiasaan.
b.         Menghindari Kemangkiran yang Tak Berarti
Kemangkiran dapat diberikan batasan sebagai kondisi ketika seseorang tidak berada ditempat kerjanya diluar penyebab yang jelas dan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Yang dimaksud disini adalah karyawan yang tidak masuk kerja seperti biasanya. Dengan adanya penerapan fungsi pengarahan ini dimaksudkan agar karyawan yang ada terhindar dari kemangkiran yang tak berarti.
c.          Membina Disiplin Kerja
Disiplin kerja menyangkut esensi dan eksistensinya sebagai karyawan. Pada dasarnya karyawan harus mempertanyakan pekerjaan rutinnya dan bagaimana melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.
d.         Membina Motivasi yang Terarah
Membina motivasi yang terarah maksudnya karyawan melaksanakan pekerjaan sambil dibimbing dan diarahkan untuk menghindari kesalahan prosedur yang berdampak pada keluarannya.

6        Peran Komunikasi Dalam Pengarahan
Dalam suatu pengarahan dalam fungsi manajemen, komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting, karena komuniksi yang efektif  bagi para manajer adalah proses memulai mana fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai.  Selain itu komunikasi adalah kegiatan untuk para manajer mengarahkan dan mencurahkan sebagian besar proporsi waktunya.Proses komunikasi memungkinkan manajer untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Dalam pengarahan mengharuskan manajer untuk berkomunikasi dengan bawahan agar tujuan kelompok dapat tercapai. Komunikasi sebagai suatu proses dengan orang-orang bermaksud memberikan pengretian-pengertian melalui pengiringan berita secara simbolis dapat menghubungkan para anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula.
Suatu komunikasi dapat diberikan beberapa batasan. Salah satunya batasan umum dan seringkali berlaku pada beberapa system organisasi adalah proses penyampaian informasi atau pengertian dari pengiriman pesan kepada penerima dengan menggunakan tanda dan symbol yang sama, baik yang bersifat oral maupun bukan oral (Siswanto,1998). Dalam hubungannya dengan struktur organisasi dapat mengalir secara :
1.      System Komunikasi Vertikal
System ini terjadi dan berlangsung dari atas maupun dari bawah. Komunikasi dari atas terjadi manakala manajer mengadakan komunikasi dengan para bawahannya dari jenjang hierarki yang lebih tinggi kejenjang yang lebih rendah dan sebaliknya.
2.      System Komunikasi Vertikal
Komunikasi ini terjalin antarderpatemen, unit, dan bagian dalam satu hierarki organisasi.
3.      System Komunikasi Diagonal
Komunikasi ini sebenarnya merupakan jalur komunikasi yang menggunakannya amat langka. Akan tetapi, dalaam kondisi tertentu sebenarnya amat penting, khususnya apabila para bawahantidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui media lainnya.
Ada 8 elemen penting menurut Stoner dan Wankel (1986 : 501-504) tersebut meliputi :
a.       Pengirim (sender atau source)
b.      Penyanding (encoding)
c.       Pesan (message)
d.      Saluran (channel)
e.       Penerima (receiver)
f.       Pengurai sandi (decoding)
g.      Gaduh (noise)
h.      Umpan Balik (feedback)

PENUTUP

Kesimpulan

Suatu perintah harus datang dari pihak atasan kepada bawahan tidak boleh sebaliknya.Bawahan yang di perintah ini haruslah bawahan dari atasan yang bersangkutan, tidak boleh bawahan dari atasan yang lainnya, kecuali dalam sistem organisasi fungsional. Jadi atasan yang memberi perintah kepada bawahan itu haruslah atasan yang memiliki wewenang untuk atau atas pekerjaan itu sendiri. Sebagai wewenang atau hak khusus, maka dia mempunyai kekuatan sanksi, wewenang tanpa sanksi tidak ada gunanya.
         Dalam suatu pengarahan dalam fungsi manajemen, komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting, karena komuniksi yang efektif  bagi para manajer adalah proses memulai mana fungsi-fungsi manajemen perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dapat dicapai. 













                                                                                                                                                           


DAFTAR PUSTAKA

Siswanto, Dr. H.B.2005.Pengantar Manajemen.Jakarta : Bumi Aksara
Terry, Goerge R,2005.Principle Of  Management.Jakarta : Bumi Aksara
Mahullang, Muhammad.2003.Dasar – Dasar Manajemen.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Pace, R.Wayne. Faules, Don F.2005.Komunikasi Organisasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Handoko, T.Hani.2003.Pengantar Manajemen. Yogyakarta : BPFE





                                          










TUGAS 2
1.             Mengapa Manajemen itu penting. Jelaskan ?
Jawab :   Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain dan merupakan sarana pendukung. Serta dalam mencapai sebuah tujuan tertentu, sangat penting bahwa manusia harus senantiasa memperhatikan kerjasama dengan manusia lain. Dengan mengerti mengenai Manajemen dan manusia secara rasional akan bertindak secara efektif dan efisien untuk mencapai sebuah tujuan yang optimal. Dengan adanya suatu manajemen itu, maka segala kegiatan yang akan di lakukan dapat dicapai dengan baik dan akan sejalan sesuai rencana yang telah di buat. Sehingga hal ini tidak membingungkan yaitu secara terarah dan mengurangi risiko yang idak di inginkan oleh sebuah instansi tersebut.

2.             Apa perbedaan manajemen masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang ?
Jawab :   Manajemen dahulu digunakan untuk menghasilkan tenaga kerja yang berproduktifitas dan dipandang layaknya mesin yang mampu menghasilkan segala kebutuhan serta melakukan banyak penemuan. Sedangkan Manajemen sekarang lebih menekankan pentingnya perilaku dan sifat manusia di dalam lingkungan kerjanya untuk menciptakan keselarasan. Serta Manajemen akan datang lebih kepada menuntut eksistensi di bawah tekanan global, perubahan politik dan lingkungan serta kebijakan sosial suatu organisasi.

3.             Apa hubungan antara motivasi, kebutuhan dan keterdesakan ?
Jawab :   Motivasi merupakan upaya untuk menumbuhkan semangat dari dalam diri seseorang agar mau bekerja keras guna mencapai sebuah tujuan organisasi  melalui pemberian atau penyediaan pemuasan kebutuhan bagi para pekerja atau buruh tersebut yaitu berupa material ( gaji, bonus, upah, dll ). Dalam motivasi terdapat unsur Kebutuhan manusia yang umumnya tidak mungkin dapat dipenuhi seluruhnya dan dalam keadaan demikian maka manusia harus membuat skala prioritas guna menentukan kebutuhan yang harus di capai terlebih dahulu dan memenuhi kebutuhan berikutnya. Kebutuhan manusia tercipta karena adanya ketidakseimbangan fisiologis dan psikologis pada dirinya. Keterdesakanakan muncul ketika kita tidak mampu menyeimbangkan fisiologis dan psikologis seseorang dalam mencapai tujuan. Dalam situasi terdesak, tidak jarang manusia akan bertindak “gila” demi memenuhi kebutuhan tanpa motivasi awalnya.

4.             Bagaimana membangun sebuah organisasi yang kuat tanpa manajemen yang kuat ?
Jawab :   Didalam sebuah organisasi yang kuat tanpa memiliki suatu manajemen yang baik maka organisasi tersebutdi katakan tidak dapat bertahan lama atau organisasi tersebut akan mengalami kekacauan. Hal ini di sebabkan karena tidak mungkin sebuah organisasi mencapai tujjuan yang di inginkan atau lebih dari itu tanpa adanya manajemen organisasi yang baik. Organisasi yang kuat membutuhkan suatu perencanaan yang matang, pengelompokkan tugas – tugas, pengalokasian tugas, serta penyebaran Sumber Daya Manusia untuk mencapai tujuan – tujuan strategis. Penyebaran ini dicerminkan dalam pembagian tenaga kerja di sebuah organisasi atau perusahaan ke dalam departemen – departemen dan bagaimana seorang manajer dapat memastikan semua pekerjaan yang akan di kerjakan dengan sebagaimana mestinya. Mengevaluasi semua pekerjaan yang di kerjakan, apakah pekerjaan tersebut dapat mencapai tujuan atau tidak. Dari fungsi tersebut dapatt disimpulkan manajemen merupakan pondasi dari sebuah organisasi untuk mencapai tujuan serta agar organisasi terus berkembang.

5.             Apa kaitan antara Ilmu Manajemen dengan Gaya Manajemen Kepemimpinan dalam Manajemen dalam Struktur Organisasi Manajemen yang ada ?
Jawab :   Gaya kepemimpinan dalam sebuah organisasi sangat erat kaitannya dengan proses pengorganisasian dalam struktur organisasi kareana pengorganisasian termasuk dalam pembagian wewenang dan tugas demi mencapai sebuah organisasi tersebut. Gaya kepeninpinan sangat berperan dalam proses pelaksanaan tugas dan wewenang tersebut. Pemberian tugas dan wewenang yang berbeda berdasarkan tingkat keahlian dan speasialisasi dalam sebuah orgganisasi dari sanalah peran biaya kepemimpinan dalam sebuah organisasi untuk menjalan kan struktur organisasi secara efektif dan efisien demi mewujudkan suatu tujuan organisasi.

6.             Bagaimana pandangan Anda tentang Reward (imbalan) dan Punishment dalam kaitannya dengan disiplin kerja ?
Jawab :   Reward dan punishment membuat pekerja dapat lebih giat bekerja, merasa dihargai dan dapat bertanggung jawab, serta profesional terhadap pekerjaannya, sehingga dapat mempengaruhi kinerja serta produktifitas dalam bekerja menjadi cambuk semangat yang baik untuk kemajuan perusahaan itu sendiri.
7.             Apa yang salah dengan manajemen bangsa ini ?
Jawab :   Kesalahan pada manajemen Bangsa Indonesia lebih disebabkan karena maraknya Praktek KKN yang telah mengakar di Indonesia. Bahkan kebutuhan yang cenderung ditutup – tutupi, karena untuk mencapai jabatan yang di inginkan tanpa berpikir panjang, para pemimpin dan pejabat Negeri ini sibuk untuk melakukan kebohongan publik, sehingga rakyat terus meras di bohongi. Banyak orang cerdas di Negara Indonesia ini, akan tetapi mereka kurang di hargai dan para pemimpin hanya mengandalkan KKN untuk memperlancar urusan.


[1]  John Robert Beishline, OP. Cit., p. 258
[2] John Robert Beishline, op. Cit., p.260
[3] Edward C. Kellog, 1954, Beberapa petunjuk tentang pemberian perintah, dala Kepemimpinan dalam Perusahaan, Terjemahan Slamet Wijadi MA, Jakarta, Bharata, hlm. 65

PENGAMBILAN KEPUTUSAN


PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses manajemen, yang dimulai dengan perencanaan/persiapan dan berakhir dengan pengendalian. Untuk mendapatkan hasil yang baik, suatu keputusan harus mengikuti suatu tahapan yang sistematis dan terkendali.
Definisi lain dari pembuatankeputusan adalah memiliki arah tindakan tertentu diantara berbagai alternative. Pembuatan keputusan penting sekali dalam manajemen. Manajer yang efektif membuat ratusan keputusan setiap hari. Banyak manajer bahkan membuat keputusan tanpa benar-benar memikirkannya.
Decision making can be defined as making a choice among alternative courses of action. This definition implies that managers are faced with a problem or opportunity, alternative courses of action are proposed and analyzed, and a choice is made that is likely to move the organization in the direction of its goals.

MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN RASIONAL
Model pembuatan keputusan rasional menunjukan bahwa proses tersebut terdiri dari langkah-langkah spesifik. Meskipun sekilas model ini tampak sangat teratur, implemetasi sesungguhnya dari proses pembuatan keputusan tersebut sama sekali tidak teratur.
Langkah-langkah dalam pembuatan keputusan rasional adalah sebagai berikut:
1.      Pengidentifikasian masalah
2.      Pengembangan alternatif
3.      Evaluasi alternatif
4.      Seleksi alternatif
5.      Implemetasi alternatif
6.      Evaluasi pilihan
Proses pembuatan keputusan rasional tidak harus linear. Artinya, proses ini tidak selalu mengikuti urutan seperti diatas. Dalam beberapa kasus, proses ini dapat dilakasanakan secara tidak teratur dengan mengulangi langkah-langkah yang sebelumnya.

1.      IDENTIFIKASI MASALAH
Memulai mungkin adalah salah satu langkah yang paling sulit untuk benar-benar dilaksanakan. Kualitas proses pembuatan keputusan dipengaruhi oleh kemampuan anda untuk benar-benar mengidentifikasi apa masalahnya. Tanpa pemahaman yang jelas tentang masalah yang sedang dihadapi, proses ini tidak dapat diimplementasikan secara efektif.
Masalah sering kali teridentifikasi ketika terdapat jurang pemisah antara kinerja yang diharapkan dan kinerja sebenarnya. Kemudian dicarilah alasan untuk perbedaan ini, yang didentifikasi sebagai masalah. Disamping itu, anda harus mampu menghadapi masalah-masalah bahkan pada saat masalah yang tidak menyenangkan dan memikul tanggung jawab. Sering kali mengabaikan masalah yang mengancam reputasi atau kinerja pekerjaan anda adalah hal yang lebih mudah.
Agar lebih efektif dalam pengidentifikasian masalah, anda hendaknya mengetahui kondisi yang meningkatkan kemungkinan tidak teridentifikasinya masalah dan peluang dengan benar. Sebagian kondisi itu adalah :
v  Ketika anda “diberi” masalah yang sudah diidentifikasi, anda cenderung menerima masalah tersebut sebagai masalah yang sudah teridentifikasi dan dirumuskan bukannya melaksanakan identifikasi anda sendiri.
v  Ketika solusi yang cepat diperlukan, anda cenderung menghabiskan sedikit waktu yang anda miliki untuk pembuatan keputusan (bukan pada pengidentifikasian masalah atau peluang).
v  Ketika masalahnya bersifat emosional, anda dengan cepat menuju solusi tanpa meluangkan cukup waktu untuk mengidentifikasi masalah.
v  Apabila anda tidak mempunyai pengalaman mengidetifikasi masalah, anda cenderung untuk tidak efektif.
v  Apabila terdapat masalah yang kompleks, maka lebih sulit untuk menetukan apa masalahnya karena banyaknya variable masalah tersebut.

2.      PENGEMBANGAN ALTERNATIF
Untuk membuat keputusan yang baik, adalah penting untuk menghasilkan arah tindakan alternative yang baik yang dipergunakan untuk membuat pilihan yang baik. Sayang sekali, kita cenderung untuk memulai pencarian dengan apa yang sudah diketahui dan bahkan kadang-kadang dengan apa yang sudah dicoba. Maka pilihan yang mudah adalah meniru yang telah dilakukan pesaingnya.
Anda perlu menghasilkan gagasan sebanyak mungkin. Dengan demikian anda akan memiliki daftar alternative bagus yang dapat dipilih. Ini tidak berarti anda harus membiarkan mereka membuat keputusan, mereka hanya memberi masukan kepada anda. Dan anda hendaknya terbuka pada masalah ini untuk menghindari kesalahpahaman.
Menurut pendekatan pembuatan keputusan rasional, apabila sebuah pilihan yang baik sudah diidentifikasi, maka pencarian terhadap alternative lainya dihentikan. Ironisnya, hal ini justru mengurangi apa yang selayaknya terjadi dalam proses tersebut. Berhenti sebelum semua arah tindakan alternative dicatat menyalah artikan pendekatan pembuatan pendekatan rasional, lalu alternatif-alternatif kreatif tidak dieksplorasi.
                           
3.      EVALUASI ALTERNATIF
Pengevaluasian alternatif meliputi pengukuran nilai-nilai masing-masing alternatif. Penilaian alternative meliputi pengujian konsekuensi (baik positif dan negatif). Pembuatan peringkat alternatif yang telah dianggap dapat diterima. Pembuatan peringkat alternatif-alternatif dimungkinkan dengan menggunakan keuntungan dan kerugian.
Anda harus mempertimbangkan apakah mereka yang  bertanggungjawab menerapkanya atau mereka yang akan dipengaruhinya akan menerima alternative tersebut atau tidak. Evaluasi hendaknya ini meliputi penilaian resiko dan kerugian dari setiap arah tindakan alternatif.
Kepastian adalah lingkungan pembuatan keputusan dimana anda mengetahui segala sesuatu yang perlu anda ketahui. Pada dasarnya anda mempunyai informasi yang sempurna. Anda juga mengetahui hasil yang mungkin.

Risiko adalah lingkungan yang ditandai dengan kemampuan untuk menentukan tingkat resiko terhadap setiap setiap hasil alternative. Dalam lingkungan pembuatan resiko, anda dapat menggunakan probalitas. Misalnya, anada dapat memakai pengalaman masa lalu untuk menetukan tingkat kemungkinan jumlah barang yang ditolak dalam kondisi tertentu disuatu perusahaan pabrik. Sebagian besar keputusan anada cenderung dibuat dalam lingkungan seperti ini. Ketidakpastian adalah lingkungan pembuatan keputusan dimana anda tidak benar-benar yakin pada hasil alternative.

4.      PEMILIHAN ALTERNATIF: SOLUSI
Pemilihan solusi jarang sekali merupakan proses yang langsung. Tahap yang sebenarnya adalah membuat pilihan inilah yang secara tradisional dianggap sebagai pembuatan keputusan.
Ada sejumlah masalah ketika dijumpai memilih alternatif. Dua diantara banyak masalah yang ada adalah:
                   I.            Masalah muncul ketika tidak ada satupun alternatif yang memenuhi semua kriteria. Oleh karena itu keputusan berikutnya adalah memulai lagi atau puas dengan alternatif yang tidak memenuhi kriteria.
                II.            Dilemma terjadi ketika memilih antara banyak alternatif yang dianggap diterima. Hal ini bisa jadi manandai perlunya penyesuaian kriteria untuk mendapatkan gagasan yang lebih jelas mengenai alternative yang baik.

5.      IMPLEMENTASI ALTERNATIF
Begitu keputusan telah dibuat, maka keputusan tersebut harus dilaksanakan. Tapi itu tidaklah mudah, sering kali terjadi resistansi dalam tahap ini. Demi implementasi yang efektif, anda harus peka terhadap karyawan yang terkena dampak keputusan dan merencanakan strategi implementasinya.
Anda harus memastikan bahwa semua orang tahu bagaimana dan mengapa keputusan itu dibuat. Penting sekali untuk melibatkan merekayang terkena dampak keputusan itu karena kurangnya komitmen akan mengakibatkan implementasikan yang buruk.
Merencanakan implementasi mengharuskan anda untuk :
·         Memvisikan dengan jelas tentang seperti apakah implementasi tersebut. Apakah visi ini jelas bagi anda dapat menjabarkan visi ini kepada orang lain dengan efektif.
·         Membuat garis besar tugas-tugas tertentu yang harus diselesaikan agar arah tindakan yang dipilih dapat di implementasikan dengan sukses.
·         Mengidentifikasi sumber-sumber yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas ini.
·         Mengidentifikasi beberapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masing-masing tugas ini.
·         Memastikan bahwa seseorang telah ditunjuk untuk bertanggungjawab untuk masing-masing tugas ini.

6.      EVALUASI PILIHAN
Diperlukan untuk memastikan bahwa hasil-hasil yang dikehendaki tercapai. Evaluasi adalah penilaian dari konsekuensi dari keputusan. Hasil-hasil implementasi diobservasi. Semua konsekuensi positif dan negatif perlu diketahui. Apabila tidak dilakukan evaluasi, maka tidak ada indikasi yang jelas apakah sasaran sudah benar-benar dicapai. Apabila criteria tidak terpenuhi, tindakan koreksi harus diambil.

FEED BACK
Feedback is a necessary component of the decision process, providing the decision maker with a means for determining the effectiveness of the choosen alternatives in solving the problem or taking advantage of the opportunity and moving the organization closer to the attainment of its goals. Three items are necessary in such an evaluation of the effectiveness of a decision.
First, a set of standards must exist against which to compare performance.
Second, performance data must be available so that the comparison to standards may be made.
Finally, a data analysis strategy must be developed. Managers who know exactly how the data are to be analyzed will be able to specify the types of data they need, the most preferred format, and the time sequence in which they are need.

KERANGKA KERJA DAN KONSEP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pemahaman terhadap kerangka kerja dan konsep pengambilan keputusan akan memberikan nilai guna dalam pembahasan yang lebih dalam. Menurut Davis (1974) kerangka kerja untuk pengambilan keputusan tersebut meliputi hal – hal berikut :
1.      Sistem Pengambilan Keputusan.
Sistem pengambilan keputusan adalah suatu cara atau prosedur tertentu. Sistem pengambilan keputusan tersebut dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.
Pertama, Sistem keputusan terbuka memandang suatu keputusan berada dalam suatu lingkungan yang kompeks dan sebagian tidak diketahui.  Keputusan lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan ada suatu saat terjadi sebaliknya bahwa  lingkungan lebih banyak dipengaruhi oleh keputusan. Manajer dalam mengambil keputusan tidak selamanya harus logis dan sepenuhnya rasional, tetapi hanya dituntut untuk menunjukan rasionalitas dalam batas dikemukakan oleh latar belakang pandangan atas alternatif, kemampuan menangani suatu model keputusan, dan sebagainya.
Manajer sebagai pengambil keputusan terbuka memiliki asumsi dasar, yaitu
a.       Mengetahui seluruh altenatif dan keluarannya.
b.      Melakukan pencarian secara terbatas untuk menentukan beberapa alternatif yang memuaskan
c.       Mengambil keputusan yang memuaskan tingkat aspirasinya
Kedua, sistem keputusan tertutup menganggap bahwa suatu keputusan dipisah dari masukan yang tidak diketahui dari lingkungannya. Pada sistem tertutup manajer sebagai pengambil keputusan diasumsikan.
a.       Seluruh perangkat alternatif dan pengeluaranya.
b.      Memiliki metode yang memungkinkan baginya untuk menentukan kronologi kepentingan seluruh alternatif sesuai urgensinya.
c.       Manentukan altenatif yang dipandang paling menguntungkan.



2.      Pengetahuan Mengenai Keluaran
Dalam analisis pengambilan keputusan, biasanya dibedakan menjadi tiga kategori dasar pengetahuan yang sangat berhubungan dengan keluaran, yaitu sebagai berikut :
a.       Kepastian, yaitu pengetahuan yang akurat dan lengkap mengenai keluaran setiap alternatif. Biasanya untuk satu alternatif hanya terdapat satu keluaran.
b.      Resiko, yaitu keluaran yang mungkin timbul dapat dilekatkan pada setiap keluaran.
c.       Ketidakpastian yaitu beberapa keluaran mungkin timbul dan dapat diidentifikasi tetapi tidak ada pengetahuan tingkat kemungkinan yang dapat dilekatkan kepada setiap keluarannya.

3.      Klasifikasi Jenis Keputusan
Herbert A. Simon (1980: 5-6) telah mengembangkan klasifikasi jenis keputusan yang berbeda yaitu keputusan yang diprogram (programmed decisions) dan keputusan yang tidak diprogram (nonprogrammed decisions).
1.      Keputusan yang diprogram (Programmed decisions)
Keputusan dapat diprogramkan sejauh keputusan tersebut  berulang dan rutin serta telah dikembangkan prosedur tertentu untuk menanganinya. Secara traisional keputusan yang di program telah ditandatangani dengan norma, prosedur kerja yang baku, dan struktur organisasi yang mengembangkan prosedur spesifik untu menanganinya.
2.      Keputusan yang tidak diprogram (nonprogrammed decisions)
Suatu keputusan tidak diprogram manakala keputusan tersebut baru dan tidak tersusun. Oleh karena keputusan tersebut memiliki karakteristik demikian maka tidak ada prosedur yang pasti untuk menangani permasalahan. Keputusan yang tidak diprogram harus diindentifikasi dengan tepat karena jenis pengambilan keputusan seringkali memerlukan alokasi dana yang besar. Keputusan yang tidak diprogram secara tradisional telah ditandatangani dengan proses pemecahan umum, pertimbangan, intuisi, dan kreativitas. Namun, manajemen moderen belum banyak kemajuan dalam meningkatkan pengambilan keputusan yang tidak di program dibandingkan dengan kemajuan dalam pengambilan keputusan yang diprogram. Perhatian utama manajemen puncak (top management) hendaknya dipusatkan pada keputusan yang tidak di program. Manajemen hierark tengah (middle management) memusatkan perhatian mereka sebagian besar pada keputusan yang diprogram, meskipun dalam beberapa hal manajemen hierarki pertama (lower management)memusatkan perhatian pada keputusan yang di program.
4.      Deskripsi Mengenai Pengambilan Keputusan
Dua model pengambilan keputusan yang sangat sering terdapat dalam suatu organisasi adalah model normatif dan model deskriptif.
a.       Model normatif
Yaitu sebuah model  pengambilan keputusan yang memberikan kepada manajer sebagai pengambil keputusan mengenai bagaimana ia harus mengambil sekelompok keputusan. Model normatif secara umum telah dkembangkan oleh para ekonom dan ilmuwan manajemen. Salah satu contoh model normatif dalam akutansi adalah mengenai penganggaran modal.
b.      Model deskriptif
Yaitu sebuah model pengambilan keputusan yang berusaha untuk menjelaskan prilaku konkret dan karena itu telah dikembangkan terutama oleh para ilmuwan prilaku.

5.      Kriteria untuk Pengambilan Keputusan
Pada model normatif kriteria untuk menentukan satu diantara beberapa alternatif adalah memaksimumkan atas laba, utilitas, nilai yang diharapkan, dan sejenisnya. Tujuan ini apabila dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, dianggap sebagai fungsi objektif sebuah keputusan.
Pandangan alternatif pada kriteria pengambilan keputusan adalah perumusan. Pandangan tersebut berasal dari model prilaku deskriptif yang mengatakan bahwa manajer sebagai pengambil keputusan tidak mengetahui seluruh alternatif dan harus mencarinya. Mereka tidak sepenuhnya rasional atau menyeluruh dalam pencariannya. Mereka mengadakan simplikasi atas faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dan karena itu mengurangi banyaknya hal yang harus dipertimbangkan.

6.      Relevansi Konsep Keputusan Terhadap Desain Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen berdasarkan komputer berguna baik dalam model keputusan tertutup maupun keputusan terbuka. Di dalam model keputusan tertutup, komputer bertindak sebagai alat penghitung untuk dapat menghitung keluaran optimum. Didalam keputusan terbuka, komputer bertindak sebagai pembantu bagi manajer guna menghitung, menyimpan, mencari kembali, mengalisis data, dan sejenisnya.
Sistem informasi manajemen di desain untuk memantau keputusan terprogram dan untuk mengenal yang tampaknya tidak dapat diaplikasikan oleh norma keputusan atau yang tampaknya tidak memberikan keluaran sesuai dengan rencana.

GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dalam kehidupan organisasi mutlak diperlukan kemampuan untuk melihat, mengenal, dan mengidentifikasi permasalahan. Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan merupakan salah satu contoh suatu permasalahan yang ada dalam organisasi dan memerlukan aktivitas pengambilan keputusan.
Manajer dalam pengambilan keputusan dapat berperan dalam berbagai macam gaya. Gaya manajer dalam mengambil keputusan akan banyak diwarnai oleh beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan, prilaku, pengalaman, dan sejenisnya.
Secara umum gaya pengambilan keputusan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.      Manajer dalam pengambilan keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang tersedia pada waktu tertentu.
2.      Manajer memperoleh informasi yang diperlukan dari para bawahan dan kemudian menetapkan keputusan yang dipandang relevan. Peran yang dimainkan oleh orang lain adalah lebih, dalam hal informasi yang diperlukan kepada manajer daripada rumusan atau penilaian alternatif.
3.      Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan para bawahan secara individualdan mendapat gagasan dan saran tanpa melibatkan para bawahan sebagai suatu kelompok. Kemudian manajer mengambil keputusan yang dapat atau tidak dapat mencerminkan masukan atau intuisi maupun aspirasi para bawahan.
4.      Manajer membicarakan situasi keperluan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan mengumpulkan gagasan dan saran para bawahan tersebut dalam suatu konferensi atau pertemuan kelompok
5.      Manajer mambicarakan situasi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan kelompok menyusun serta menilai alternatif. Manajer tidak bermaksud memengaruhi para bawahan dan berkeinginan untuk menerima implementasi serta merealisasikan setiap keputusan hasil musyawarah bersama.

BAGAIMANA MEMBUAT KEPUTUSAN BERKUALITAS TINGGI
Membuat keputusan berkualitas tinggi peting sekali untuk manajemen efektif. Anda perlu memberikan perhatian khusus pada prosedur pembuatan keputusan itu sendiri. Pertimbanagan tip-tip berikut ketika menggunakan model pembuatan keputusan rasional:
§  Pilih dengan ganti kriteria yang akan dipergunakan untuk menguji alternatif dan mengukur solusi terakhir. Criteria yang tidak tepat menyebabkan pengambilan keputusan yang buruk.
§  Munculnya beberapa gagasan. Semakin banyak gagasan yang dihasilkan, semakin baik kesempatan anda untuk memilih solusi “terbaik”.
§  Pertimbangan pro-kontra setiap alternatif.
§  Cari terus informasi baru.
§  Rencanakan implementasi dengan teliti.

MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN RASIONALITAS TERBATAS
Asumsi yang mendapat pembuatan keputusan rasionalitas terbatas yang dikemukakan Herbert Simon adalah bahwa dalam pembuatan keputusan terdapat keterbatasan. Keterbatasan yang utama adalah:
·         Kurangnya informasi yang sempurna.
·         Hambatan-hambatan (baik waktu maupun uang).
·         Kompleksitas masalah.
Sebagai akibat dari keterbatasan ini, biasanya anda tidak bisa memilih alternatif yang optimal. Sebaliknya, anda harus puas seadanya. Artinya, anda harus memilih alternatif-alternatif memuaskan yang sesuai kriteria anda meskipun tidak optimal.
Model merupakan abstraksi dari keadaan nyata. Model dibuat secara sederhana namun mengandung unsur-unsur utama dari suatu produk, proses atau sistem yang diwakili. Dengan menggunakan model, pengambilan keputusan umumnya dapat dilakukan dengan lebih praktis, murah, cepat, dan aman.
Model dapat diklasifikasikan dalam tiga bentuk, model fisik, skematik, dan model matematik. Penjelasan lebih lanjut dari setiap model sebagai berikut.
1.      Model fisik
Model yang secara fisik menggambarkan obyek aslinya. Keuntungan model ini adalah dapat memberikan efek visual terhadap keadaan nyata dari benda itu.
2.      Model skematik
Model yang dinyatakan dalam bentuk skema, diagram, grafik, atau gambar dari suatu obyek. Model ini lebih simple dan mudah dilakukan penyesuaian jika perlu perubahan.
3.      Model matematik
Model matematik mengguankan symbol, rumus, atau persamaan yang menggambarkan proses atau system yang diwakili.
Model dikembangkan untuk bisa mengakomodasikan keadaan nyata dalam proses pengambilan keputusan. Bila suatu model sudah dikembangkan, model harus diuji validitasnya lebih dulu sebelum digunakan.

TEORI KEPUTUSAN
Teori keputusan adalah suatu pendekatan analitik untuk memilih alternative terbaik dari suatu keputusan. Teori keputusan bertujuan untuk memberikan alat bagi manajemen dalam rangka proses pengambilan keputusan. Oleh karenanya, teori keputusan dapat diterapkan dalam berbagai masalah manajemen operasi.
Pada saat pengambilan keputusan, secara tipikal terdapat tiga kondisi/situasi yang dihadapi pengambil keputusan, yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepastian dari hasil (payoff, outcome) yang akan terjadi.


Tiga jenis kondisi itu ialah:
1.      Ketidakpastian – mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan probablilitas setiap kemungkinan tidak diketahui.
2.      Berisiko – mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan probablilitas setiap hasil diketahui atau dapat diperkirakan oleh pengambil keputusan
3.      Kepastian – mengacu kepada situasi dimana hanya ada satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan hasil ini diketahui secara tepat oleh  pengambil keputuan.
Ketiga kondisi itu berpengaruh pada tekhnik keputusan  yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Tidak setiap teknik keputusan cocok untuk semua kondisi.
1.   Pengambilan Keputusan Pada Kondisi Ketidakpastian
Pengambilan keputusan pada kondisi ketidakpastian (decision making under uncertainty) mengasumsikan pengambil keputusan tidak tahu dengan pasti hasil yang mungkin terjasi dari setiap alternative, bahkan probabilitasnya sekalipun.
Dalam hal ini dikenal tiga kriteria pengambilan keputusan:
1)      Maximax
Kriteria ini mencari hasil yang paling baik (maximum) untuk setiap pilihan investasi, dan kemudian membuat keputusan berdasarkan nilai maximum dari hasil maximum itu. Karena kriteria keputusan ini memmilih alternative dengan keuntungan setinggi mungkin, disebut sebagai keputusan kriteria yang optimistic.
2)      Maximin
Kriteria ini mencari alternative yang maximum dari hasil yang minimum dari setiap alternative. Pertam, dicari hasil minimum dari setiap alternative, dan selanjutnya memilih alternative dengan nilai terbesar dari yang terkecil tadi. Karena kriteria ini memilih alternative yang memiliki kerugian terkecil, disebut sebagai kriteria keputusan pesimistik.
3)      Sama Rata
Kriteria sama rata (equally likely), juga dikenal sebagai Laplace, memilih alternative dengan rata-rata sama tinggi. Dimulai dengan menghitung rata-rata hasil untuk setiap alternatife, kemudian pilih alternatif yang memberikan nilai rata-rata yang maximum. Kriteria ini mengasumsikan bahwa seluruh kemungkinan kejadian dianggap sama.
2.      Pengambilan Keputusan Pada Kondisi Beresiko
Kondisi berisiko berada diantara kondisi pasti dan tidak pasti. Pengambilan keputusan pada kondisi berisiko ( decision making under risk ) mengasumsikan bahwa pengambil keputusan meskipun tidak tahu pasti hasil apa yang akan diperoleh dari setiap alternative, masih memiliki gambaran tentang probablilitas dari setiap keadilan. Dari kemungkinan itu pengambil keputusan dapat menghitung perkiraan dari hasil suatu alternative. Misalkan manajer (pengambil keputusan) tidak tahu dengan pasti apakah harga bahan baku akan naik atau tidak, tetapi dapat memperkirakan bahwa kemungkinan harga naik  30%. Dari perkiraan itu, manajer dapat menghitung apakah lebih menguntungkan membeli dalam jumlah besar atau tetap.
Pengambilan keputusan jenis ini merupakan situasi keputusan probablilistik, dan yang paling sering terjadi. Berbagai kemungkinan keadaan dapat terjadi, masing-masing dengan probablilitasnya sendiri-sendiri. Pendekatan yang paling banyak digunakan pada posisi ini ialah kriteria nilai harapan moneter (expected value , EV) saja. Expected Value (EV) – menentukan harapan hasil untuk setiap altenatif, dan memilih alaternatif dengan nilai harapan tertinggi. EV merupakan penjumlahan dari hasil untuk suatu alternative dimana setiap hasil diberikan bobot berdasarkan probablilitasnya untuk keadaan yang relevan. Jumlah (probabalilitas) harus sama dengan 1,00. Berdasarkan table kaputusan dan probablilitas untuk setiap keadaan, EV untuk setiap alternative bisa dihitung. EV dapat dirumusakan sebagai berikut:

Di mana:
 = probablilitas terjadinya kejadian i
= hasil yang diperoleh kejadian i

3.   Pengambilan Keputusan Dengan Kondisi Pasti
Pada kondisi pasti, pengambilan keputusan mengetahui dengan pasti hasil dari setiap alternative keputusan yang diambil dan akan memilih alternative yang akan memaksimalkan keinginannya. Dalamsituasi tertentu, adalah kemungkinan untuk mendapatkan kepastiannya suatu keadaan. Misalnya, pemasaran suatu produk baru sangat dipengaruhi oleh riset pasar terhadap produk itu. Pengambil keputusan mempunyai perkiraan bahwa produk akan diterima pasar. Tetapi dia dapat menunda keputusan membuat dan memasarkan produk baru itu sampai riset pasar selesai dilakukan. Jika riset pasar menunjukan hasil yang positif, produk dibuat dan dipasarkan, jika hasil negative, rencana pemasaran produk dibatalkan. Yang menjadi perhatian adalah apakah biaya yang dihasilkan dari hasil opsi menunda keputusan lebih rendah dari keuntungan yang akan diraih. Dari keadaan ini dikenal nilai harapan dari informasi sempurna (expected value of perfect information, EVPI). EVPI merupakan perbedaan antara hasil yang diharapkan pada kondisi pasti dengan hasil yang diharapkan pada kondisi yang beresiko.
EVPI  = EVUC-EVmaks
Di mana:
EVUC  = nilai harapan pada kondisi pasti(expected value certainty)
EV maks = nilai harapan maksimum


TYPES OF DECISIONS
There have been many attempts to categorize and classify the types of decisions that organizations commonly face. One widely accepted model divides all organizational decisions into three categorize are technical, managerial, and institutional decisions. According to the model, not only are these decisions different in kind, but they are also typically made by different individuals within the organization.
1)      Technical decisions
Technical decisions concern the process by which input are changed into outputs by the organization. Such inputs may be people, information, or products.

2)      Managerial decisions
Managerial decisions making is also concerned with regulating the relationship between the organization and its immediate environment. Maintenance and control of these inventories and forecasting of shorter changes in supply and demands conditions are all part of managerial decision making.
3)      Institutional decisions
Institutional decisions involve long-term planning and policy formulation. They concern such issues as diversification of activities, large-scale capital expansion, mergers, shifts in research and development activities, and other critical organizational choices.

POHON KEPUTUSAN
Pohon keputusan (decision tree) adalah gambaran skematik dari dari alternative yang tersedia bagi pengambil keputusan dan kemungkinan hasilnya. Pohon keputusan mempunyai fungsi yang sama dengan table keputusan, namun biasanya lebih sesuai untuk situasi analisis yang memiliki keputusan berjenjang.








































































Pohon keputusan dibuat dan dibaca dari kiri kekanan. Cabang yang berasal dari segi empat (simpul keputusan) menunjukan alternative atau pilihan keputusan, sedangkan cabang yang berasal dari lingkaran (simpul kejadian/peristiwa) menunjukan kejadian yang akan terjadi dari setiap alternative beserta probabilitasnya.

JENIS-JENIS KEPUTUSAN
Jenis keputusan yang anda buat akan mempengaruhi metode pembuatan keputusan yang anda gunakan. Sebagian besar masalah yang dijumpai bisa terprogram bisa pula tidak.
Keputusan terprogram adalah keputusan yang bersifat rutin. Ini adalah masalah yang anda yang anda ketahui dengan baik. Masalah ini terjadi berulang kali artinya masalah ini sering kali muncul dan cenderung dapat diramalkan.
Prosedur Operasi Standar (SOP) digunakan untuk mengarahkan perhatian kepada keputusan yang terprogram. SOP memastikan konsisitensi diseluruh organisasi. Untuk masalah yang sederhana, anda biasanya mempunyai prosedur atau respon yang sudah ada, bukan menciptakan cara baru. Masalah sederhana tidak perlu menyita banyak waktu dan perhatian anda. komputer dapat membantu menyederhanakan masalah yang lebih komplek untuk dijadikan keputusan yang terprogram yang dapat terpecahkan dengan mudah.
Keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang baru dan tidak rutin. Masalah-masalah ini cenderung tidak dapat diramalkan. Biasanya tidak ada prosedur yang tersedia karena masalah ini cenderung baru. Pemecahan yang kreatif diperluakan mengingat kejadian yang luar biasa yang menyebabkan masalah-masalah tersebut..
Keputusan yang terprogram biasanya ditandatangani pada tingkat organisasi yang lebih rendah, sedangkan keputusan yang tidak terprogram biasanya dibuat pada tingkat yang lebih tinggi. Akan terdapat komplikasi yang signifikan apabila manajer puncak menghabiskan lebih banyak waktu utuk keputusan rutin. Hal ini menyebabkan manajemen tidak efektif.



KOMPONEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sebuah situasi pengambilan keputusan mengandung beberapa komponen keputusan itu sendiri dan kejadian sesungguhnya yang dapat terjadi dimasa mendatang, dikenal sebagai Kondisi dasar (state of nature). Pada saat keputusan dibuat, pengambilan keputusan tidak yakin atas kondisi dasar yang akan terjadi dimasa mendatang dan tidak memiliki kendali atas kondisi dasar tersebut.
Misalkan perusahaan distributor ingin membeli computer untuk meningkatkan jumlah pesanan yang dapat diproses dan dengan demikian dapat meningkatkan bisnisnya. Jika kondisi ekonomi tetap baik,  perusahaan akan memperoleh peningkatan laba yang besar. Namun, jika kondisi ekonomi cenderung menurun maka perusahaan akan rugi. Dalam situasi seperti ini, keputusan mungkin adalah membeli computer dan tidak membelinya. Kondisi dasarnya adalah kondisi ekonomi yang baik dan kondisi ekonomi yang kondisi yang buruk.  Kondisi dasar yang terjadi akan menetukan hasil dari keputusan, dan sudah jelas bahwa pengambil keputusan tidak memiliki kendali atas kondisi yang akan terjadi.
Untuk memudahkan analisis keputusan jenis ini agar keputusan yang terbaik dapat dihasilkan, apa yang telah disebutkan diparagraf sebelumnya diatur disebuah tabel hasil pertukaran (payoff tabel). Secara umum, tabel hasil pertukaran adalah alat untuk mengorganisasikan dan mengilustrasikan hasil-hasil dari berbagai keputusan yang berbeda, berdasarkan bermacam-macam kondisi dasar dalam suatu masalah. Bentuk tabel hasil pertukaran di perlihatkan dalam tabel 12.1

Masing-masin keputusan, 1 atau 2 , dalam tabel 12.1 akan memberi hasil, atau pertukaran, kondisi dasar tertentu yang dapat terjadi dimasa akan datang. Umumnya, pertukaran dinyatakan dalm bentuk lama pendapatan, atau biaya (walaupun mereka dapat dunyatakan dalam berbagai bentuk kuantitas). Misalnya, jika keputusan 1 adalah membeli computer dan kondisi dasarnya adalah kondisi ekonomi yang baik, pertukaran 1a adalah $100.000 dalam bentuk laba.
Sering terjadi bahwa suatu probalitas ditentukan atas kondisi dasar untuk membantu pengambilan keputusan dalam memilih keputusan mana yang dapat memberikan hasil terbaik. Walaupun demikian, dalam beberapa kasus pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probalitas atas kondisi dasar, dan situasi inilah yang akan dibahas terlebih dahulu.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TANPA PROBABILITAS
Contoh berikut ini akan mengilustrasikan pembentukan tabel hasil pertukaran tanpa probabilitas. Seorang investor ingin membeli salah satu dari tiga jenis real estat. Ia harus memutuskan antara sebuah apartemen, sebuah bangunan kantor, dan sebuah gudang. Kondisi dasar dimasa akan datang yang akan menetukan besar laba yang akan diperoleh investor tersebut adalah kondisi ekonomi yang baik dan kondisi ekonomi yang buruk. Laba yang dihasilkan masing-masing keputusan dapat dilihat di tabel 12.2 dibawah ini:



PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PROBALITAS
Kriteria pengambilan keputusan yang baru disajikan didasarkan pada asumsi bahwa informasi mengenai kemungkinan terjadinya kondisi dasar tidak tersedia. Jadi tidak ada probabilitas kejadian (probabilities of accurrence) yang diberikan pada setiap kondisi dasar, kecuali setiap kondisi dasar memiliki kemungkinan sama untuk terjadi dan memberikan bobot 0.05 untuk setiap kondisi dasar dalam contoh kita, secara implisit kita memberikan probabilitas sebesar 0.05 terjadinya setiap kondisi dasar.
Kadang kala memungkinkan bagi pengambil keputusan untuk mengetahui kondisi dasar dimasa mendatang dan bisa memberikan probabilitas kejadian. Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa kriteria yang dapat membantu mengambil keputusan. Kita hanya akan mempertimbangkan dua dari kriteria, yaitu: nilai yang diperkirakan (expected value ) dan peluang rugi yang diperkirakan (expected opportunity loos), walaupun beberapa kriteria lain, seperti maximum likelihood criterion, juga tersedia.

AN APPLIED APPROACH TO DECISION MAKING
Two researchers, Victor Vroom and Philip Yetton, have recently developed a normative model of decision making. They identify five styles of decision making based on the degree of participants by subordinates in choosing an alternative. The five styles are as follows :
1.   Managers make the decision themselves, using the information available at the time.
2.   Managers obtain information from subordinates, then make the decision themselves.
3.   Managers discuss the problem with subordinates as a group, but make the decision themselves.
4.   Managers discuss the problem with subordinates on an individual basis, but make the decision themselves.
5.   Managers share the problem with subordinates as a group. Alternatives are generated and evaluated jointly by managers and subordinates and the decision is made by consensus. Managers accept and implement any solution that has the support of the group.
                                                                                                                    
PERANTI PARA PEMBUAT KEPUTUSAN
Keputusan strategis biasanya dibuat dijenjang organisasi yang lebih tinggi. Namun, anda hendaknya mengetahui bahwa lebih banyak tanggung jawab manajemen strategis yang didelegasikan ke seluruh organisasi. Pembuat keputusan strategis bisa mempertimbangkan alat-alat berikut untuk membantu dalam proses pembuatan keputusan:
§  Matrix pembuatan keputusan strategis yang digunakan untuk pemilihan strategis bagi organisasi.
§  BCG (Boston Consulting Group) Growth Share Matrix memberikan pendekatan portofolio untuk perumusan strategi.
§  GE (General Electric) Matrix (disebut pula GE Business Screen) adalah pendekatan porto folio untuk menentukan posisi strategis suatu bisnis berdasarkan daya tarik industry dan kekuatan unit bisnis.
Keputusan operasional biasanya dibuat ditingkat lebih rendah. Alat-alat berikut ini dapat membantu anda dalam proses pembuatan keputusan pada tingkat ini:
·         Tabel payoff menyediakan matriks nilai kondisional elemen-elemen situasi.
·         Pohon keputusan adalah diagram “pohon” yang menggambarkan alternatif-alternatif dan pelunasan utang.
·         Analisa impas merupakan analisa hubungan antara output yang dihasilkan dengan pengeluaran dan biaya yang terkait untuk menentukan tingkat hasil dimana perusahaan impas secara financial.
·         Program linear adalah alat bantu dalam mengalokasikan sumber daya.
·         PERT (Performance Evaluation and Review Tecnology) adalah pendekatan jaringan untuk memproyeksikan penjadwalan.
Sejumlah alat tersedia bagi para pembuat keputusan. Alat-alat yang disebutkan dalam bagian ini disertai dengan penjelasan singkat tentang apa yang didapat dibantu dengan alat itu.

GROUP DECISION MAKING
Group assets
The principal assets of groups in decision making are the following :
1.      More knowledge exists in a group than in any of its individual members
2.      Group members present a greater number of approaches to a problem
3.      Participation in group problem solving increase acceptance of the decision by members, reducing resistance to it.
4.      When those who must implement a decision participate in making it, they have a better comprehension of all the alternatives that have been considered and rejected.

Group liabilities
The forces operating within groups which can be liabilities include :
1.      Social pressure from group members leads t conformity, regardless of the quality of the solutions. Reaching agreement is confused with finding the right answer.
2.      Problems have a variety of potential solutions. Each solution receives both critical and supportive comments from group members.
3.      “Winning” arguments can be each group member’s objective, to the detriment of the collective performance.
4.      A dominant individual may negate the group and convert the process to individual decision making.

GROUP DECISION MAKING AND THE USE OF COMMITTEES
Although discussion of the steps involved in the decision making process focused primarily on the individual decision maker, many of the decision in large, complex organizations are made by groups. The shared power, bargaining activity, and need for compromise present in most group decision further complicate the decision making process.

Group decision making strengths
1.      Group decisions may be more accurate than individual decisions
2.      More information can be processed by the group than by an individual decision maker
3.      More alternatives can be proposed and the brainstorming of ideas can be conducted
4.      Managers acceptance of solution is increase through their participation

Group decision making weakness
1.       Decision made by groups take longer – as much as 50 percent longer than individual decisions.
2.      Group decisions are often compromise decisions – rather than the selection of the most appropriate alternatives.
3.      Indecisiveness and buckpassing are sometimes characteristic of groups.
4.      Groups are occasionally dominated by one or a few individuals; this is particulary common when individual who rank higher in status in the organization are present.


ESKALASI: MASALAH KHUSUS DALAM PEMBUATAN KEPUTUSAN
Eskalasi adalah masalah utama dalam pembuat keputusan.  Ego manusia menyebabkan manusia tetap berpegang pada keputusanya meskipun keputusan itu tidak berhasil. Orang tidak ingin kalah, sehingga mereka membuat lebih untuk membuat keputusannya berhasil, meskipun keputusan itu tidak berhasil. Orang terus melakukan segala upayanya untuk membuat keputusan yang berhasil. Orang tidak ingin kalah sehingga mereka berbuat lebih untuk membuat keputusannya berhasil.
Pembuat keputusan juga memikirkan tentang penekanan biaya yang merupakan suatu kesalahan. Manajer harus membuktikan kebenaran finansialnya. Jangan berpikir apa yang telah dikeluarkan tapi berpikirlah tentang biaya yang akan datang seakan-akan untuk meneruskan keputusan baru.
Kebutuhan untuk membenarkan keputusan sebelumnya (meskipun tampaknya gagal) bisa mendorong eskalasi. Dengan kata lain apabila keputusan itu ditinggalkan, maka hal itu akan menandakan kepada orang lain bahwa keputusan itu salah.
Maka, agar efektifdalam membuat keputusan anda juga harus mengetahui kapan saatnya harus berhenti. Penjudi menyebut hal ini sebagai mengetahui kapan harus menutup kartunya. Kuncinya adalah mengetahui kapan kartu harus berpindah ke pilihan lain.

KREATIF DAN INOVASI
Tidak semua masalah dapat diselesaikan secara efektif dengan pembuatan keputusan yang rasional. Banyak masalah lain yang membutuhkan pendekatan yang berbeda. Organisasi tidak boleh tetap sama. Bisnis tidak mungkin dilaksanakan dengan cara yang persis sama seperti cara yang digunakan satu decade lalu. Setiap bisnis harus membuat perubahan agar tetap kompetitif dan responsif terhadap perubahan lingkungan. Kreativitas dan inovasi adalah keharusan. Pemecahan masalah yang kreatif akan memberikan alternatif-alternatif baru.
Kreativitas dan inovatif perlu demi kebaikan oraganisasi anda. Kreativitas adalah pemunculan gagasan unik. Inovatif adalah penggunaan gagasan-gagasan unik ini.
Empat frase kreativitas adalah:
1.      Persiapan
2.      Inkubasi
3.      Wawasan
4.      Verivikasi
Persiapan meliputi kerja pendahuluan. Persiapanlah dari sekadar kilasan wawasan. Kuncinya adalah menggabungkan dua ilmu pengetahuan yang tidak ada hubungannya. Inilah yang terjadi ketika penisilin ditemukan dengan menemukan cendawan yamg tumbuh di cawan laboraturium.
Fase inkubasi mengharuskan anda melangkah mundur untuk merenung dan rileks. Dalam fase ini anda tidak berpikir mengerjakan.
Wawasan melibatkan pengidentifikasikan hubungan baru. Pada fase ini solusi ini menjadi jelas. Meskipun pengamat mungkin berpendapat bahwa wawasan ini adalah ilham semalam, dalam kenyataan wawasan dicapai secara perlahan-lahan dan merupakan produk dari fase-fase sebelumnya.
Fase keempat dari kreativitas adalah fase verifikasi. Pada fase ini dilaksanakan pengujian gagasan. Ini dilakukan untuk memverifikasi bahwa gagasan itu berhasil dan dapat digunakan.

BAGAIMANA MENDORONG KREATIVITAS
Kreativitas adalah esensial dalam lingkungan yang bergolak. Anda tidak harus kreatif, tetapi juga harus bisa mendorong kreativitas dalam diri orang lain.
Untuk mendorong kreativitas orang-orang disekitar anda, pertimbangkan tip-tip berikut:
·         Pekerjaan orang-orang kreatif. Organisasi anda perlu suntikan kreativitas. Disamping itu, orang-orang kreatif ini bisa menjadi teladan bagi karyawan yang lama.
·         Latihlah karyawan untuk menjadi kreatif. Karena setiap orang dapat belajar menjadi kreatif.
·         Ciptakan iklim yang mendorong kreativitas. Pastikan bahwa proses dan struktur organisasi mendorong kreativitas.
·         Bentuk fleksibelitas. Berikan karyawan waktu luang selama jam kerjanya untuk mengembangkan gagasan dan proyek mereka sendiri.
·         Hargai gagasan baru.
·         Berikan karyawan untuk berinteraksi.
·         Rayakan kesuksesan.
Orang kreatif juga mempunyai kinerja lebih baik dengan batas waktu yang ketat.

KARAKTERISTIK ORGANISASI KREATIF
Organisasi yang kreatif dapat dibedakan dengan organisasi yang lain. Karakteristiknya adalah sebagai berikut:
·         Komunikasi yang terbuka dengan aliran gagasan yang bebas.
·         Tidak ada batasan mengenai cara melaksanakan pekerjaan.
·         Tenaga kerja heterogen.
·         Evaluasi gagasan secara objektif didasarkan pada prestasi.
·         Organisasi yang kreatif mendorong pengambilan resiko.
·         Struktut desentralisasi penting sekali.
·         Kebebasan pribadi ditemukan dalam organisasi kreatif.

HAMBATAN-HAMBATAN DAN PEMECAHAAN  MASALAH KREATIF
Ada sejumlah hambatan yang menghalangi proses pemecahan masalah kreatif. Mengetahui hambatan-hambatan ini adalah langkah pertama untuk mengatasi hambatan tersebut.
Kreativitas akan tehambat oleh supervaisor yang menghukum atau memiliki toleransi yang kecil terhadap kesalahan. Struktur yang kaku (terutama struktur sentralisasi tingkat tinggi) tidak memberikan kesempatan untuk kreativitas.
Salah satu hambatan paling besar dalam kreativitas adalah kurangnya waktu. Ketika waktu tidak ada untuk berefleksi, tak ada pula waktu untuk berkreasi.

KETERBATASAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sekalipun keputusan yang diambil dalam setiap masalah yang dihadapi selalu diupayakan melalui proses sleksi yang cukup ketat dan sistematis. Akan tetapi berbagai keputusan yang diambil tidak memiliki kelemahan, bahkan dapat dikatakan dalam berbagai kasus memiliki banyak keterbatasan.
Keterbatasn-keterbatasan dalam pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kesalahan umum dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu keterbatasan yang dalam pengambilan keputusan yang rasional adalah diakibatkan olehkesalahan umum yang biasa terjadi, yang biasa dikenal “bias”. Bias ini dapat disebabkan karena pengambil keputusan terlalu melakukan generalisasi atau situasi yang dihadapi, atau mungkin juga disebabkan oleh faktor emosi yang terlibat, dan sebagainya.
2.      Keterbatasan Rasionalitas
Factor rasio memiliki berbagai keterbatasan ketika apa yang mungkin dapat diperoleh dan dimiliki oleh pengambil keputusan tidak sejalan dengan kemampuan dari pengambilan keputusan itu sendiri. Diantara faktor penyebab keterbatasan rasionalitas adalah sumber daya yang terbatas, informasi yang berlebh, keterbatasan ingatan, dan masalah keahlian.
3.      Factor Lingkungan Yang Berisiko
Risiko adalah salah satu faktor dalam setiap pengambilan keputusan dan kegiatan yang kita kerjakan. Sekalipun kita telah meminimalisir, tak jarang terjadi risiko yang terjadi diluar perkiraan kita, terlebih jika dikaitkan dengan faktor lingkungan yang bersifat makro dan diluar kendali perusahaan. Hal ini dapat mendorong keputusan yang diambil sering kali tidak sesuai dengan implementasi dan pencapaian tujuan yang diharapkan.

MEMPERBAIKI KEPUTUSAN
Berbagai keterbatasan memungkinkan terjadinya ketidaksesuaian dalam implementasi kegiatan. Akibatnya, masalah yang hendak diselesaikan belum juga dapat dipecahkan melalui alternative yang telah diambil.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keputusan yang telah diambil adalah sebagai berikut:
·         Penggunaan aturan terhadap alternative keputusan
·         Pengujian terhadap berbagai alternative keputusan
·         Pengambilan keputusan secara tim atau berkelompok



PEMBUAT KEPUTUSAN YANG SUKSES
Pembuat keputusan yang sukses menpunyai kesamaan tingkah laku. Pertimbangan apa yang harus dilakukan pembuat keputusan yang sukses ini dan renungan seberapa banyak dari tingkah laku iniyang ada pada anda:
§  Selalu siap. Pembuatan keputusan mengharuskan diselesaikannya pekerjaan rumah dan dikumpulkannya informasi.
§  Mengetahui budaya organisasi. Pembuatan keputusan didasarkan pada budaya organisasi. Keputusan dipandu oleh nilai-nilai dari inti budaya tersebut.
§  Benar-benar menggunakan proses pembuatan keputusan. Mendasarkan keputusan berdasarkan data, bukan emosi.
§  Melibatkan karyawan dalam proses pembuatan keputusan. Mendengarkan orang-orang yang benar menggerjakan pekerjaan.
§  Mendukung pengambilan keputusan dari kelompok bila perlu. Memastikan bahwa informasi yang digunakan benar. Kualitas informasi yang digunakan berdampak pada pengambilan keputusan.
§  Gunakan pemecahan masalah yang kreatif bila diperlukan. Tidak semua masalah dapat dipecahkan dengan pemecahan masalah rasional.
§  Ciptakan iklim terbuka untuk mendorong umoan balik.










DAFTAR PUSTAKA

Herjanto Eddy. 2001. Manajemenn Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama
Sule Ernie Tisnawati. 2005.Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media
Siswanto H. B. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung : PT. Bumi Aksara
Buhler Patricia. 2007. Alpha Teach Yourself Management Skills Edisi kedua. Jakarta : Prenada Media Group
Taylor  III,Bernard W. 2008. Introduction To Management Science Edisi Kedelapan. Jakarta : Salemba Empat
Webber, Ross A. 1981. To Be a Manager Essentials of Managemet. United States : Richard Irwin, Inc
Bone, Louise E., David L. Kurtz. 1984. Principles of Management Second Edition. United States : Random house Inc












SOAL PENGANTAR MANAJEMEN
1.      Mengapa manajemen itu penting ?
2.      Apa perbedaan yang anda lihat antara manajemen masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang ?
3.      Apa hubungan antara motivasi, kebutuhan dan keterdesakkan ?
4.      Bagaimana membangun sebuah organisasi yang kuat tanpa manajemen yang kuat? Kalau iya, kenapa? Kalau tidak, kenapa?
5.      Apa kaitannya antara ilmu manajemen, gaya kepemimpinan dalam manajemen dengan struktur organisasi itu ?
6.      Bagaimana pandangan anda mengenai reward dan punishment secara berkeadilan dalam kaitannya dengan disiplin kerja ?
7.      Apa yang salah dengan manajemen bangsa ini, dari masa pemerintahan soekarno sampai saat ini?

JAWAB
1.      Manajemen itu penting karena manajemen merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa adanya manajemen yang baik maka semuanya akan menjadi berantakan dan tujuan perusahaan tidak akan tercapai.
Manajemen terdiri dari fungsi-fungsi yang sangat penting dan saling berhubungan.
Fungsi pertama yaitu planning, yang merupakan langkah awal suatu perusahaan dalam menetukan tujuan perusahaan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.
Fungsi kedua yaitu organizing, merupakan tindakan lebih lanjut yang mencakup persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan planning menjadi kegiatan nyata dengan penyusunan struktur perusahaan dan pembagian kerja untuk mencapai tujuan perusahaan yang diharapkan secara efisien.
Fungsi ketiga yaitu controlling, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengontrol kegiatan yang sedang dilaksanakan agar tidak terjadi penyimpangan.
Fungsi keempat yaitu evaluating, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai apakah semua yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur dan rencana yang ditetapkan sebelumnya dan apakah ada kesalahan yang terdapat di dalamnya sehingga dapat diperbaiki dan dijadikan sebagai pelajaran untuk masa yang akan datang.
Orang-orang yang ingin ikut serta dalam organisasi baik formal maupun informal harus mempelajari manajemen karena tanpa manajemen maka usaha yang dilakukan dalam pencapaian tujuan hanya akan sia-sia.

2.      a) Manajemen pada masa lalu, kebanyakan karyawan merasa cukup senang memiliki pekerjaan tanpa memandang kondisinya. Nasib karyawan menjadi lebih baik ketika mereka melanjutkan pendidikannya, pengaruh serikat buruh juga meningkatkan ukuran hidup bagi karyawan.
b) Manajemen pada saat ini, pekerja mulai mengharapkan lebih banyak dari pekerjaan mereka. Karyawan ingin memperoleh yang terbaik dari pekerjaannya. Peran seorang manajer menjadi sangat luas dalam organisasi dan tingkatannya.
c) Manajemen pada masa yang akan datang, kemungkinan akan muncul  tekanan untuk memperluas cara kerja organisasi yang ada. Efisiensi menjadi sangat dihargai sebagai pengembangan manajemen masa lampau.

3.      Menurut pendapat kami, sebelum dihubungkan antara motivasi, kebutuhan, dan keterdesakkan. Kita harus mengetahui terlebih dahulu definisi masing-masing dari hal tersebut.
-          Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak seringkali disebut tidak memiliki motivasi.
-          Kebutuhan adalah suatu keinginan terhadap suatu benda atau jasa yang pemuasnya dapat dilakukan baik bersifat jasmani/rohani. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, tidak dapat dipenuhi secara sekaligus namun dengan cara bertahap.
-          Keterdesakan adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa dirinya tertekan oleh suatu hal atau masalah yang pada saat itu juga dan dalam waktu yang singkat harus dapat dislesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan penjelasan diatas, kami menyimpulkan bahwa seseorang hidup di dunia ini membutuhkan makan, sandang, dan papan. Dan jika kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi, maka seseorang tersebut tidak dapat hidup enak di dunia ini. Karena itu seseorang akan merasa terdesak jika salah satu kebutuhan di atas tidak terpenuhi. Dan ketika seseorang merasa dirinya terdesak maka munculah motivasi untuk menyelesaikan masalah hidupnya tersebut, baik dengan cara yang nekat atau yang haram menjadi halal. Namun kebanyakan orang jika mempunyai masalah yang besar dia akan menghindar meskipun masalah tersebut akan terus mengejarnya.

4.      Menurut kami, sebuah organisasi tidak akan pernah bisa menjadi organisasi yang kuat tanpa adanya manajemen yang baik. Hal itu disebabkan karena manajemen dalam suatu organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting yang tak bisa lepas dari tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu, manajemen yang baik sangatlah diperlukan dalam mengatur suatu organisasi agar organisasi yang kuat dapat terbentuk dan tujuan yang diinginkan oleh organisasi dapat tercapai.

5.      Manajemen sebagai ilmu dapat diartikan sebagai kemampuan yang digunakan untuk mengaturorganisasi dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga hal ini pasti akan berpengaruh dengan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh seorang pemimpin, yang sudah pasti berbeda-beda gaya kepemimpinannya.
-          Ada beberapa pemimpin yang secara mutlak memutuskan apa yang baik bagi organisasi yang dipimpinannya atau cenderung bersikap otoriter. Gaya yang bersifat otoriter ini akan membentuk sebuah struktur organisasi garis. Struktur organsasi seperti ini jelas hanya akan tergantung pada seorang pemimpin
-          Selain yang bersifat otoriter, ada juga pemimpin yang bersifat demokratis. Artinya, perrmasalahan yang dialami oleh organisasi menjadi pembahasan bagi karyawan dengan pimpinan. Gaya kepemimpinan yang seperti ini biasanya akan membentuk struktur organisasi lini. Artinya cakupannya akan sangat luas, karena keputusan untuk perusahaan bisa diambil oleh semua karyawan yang terkait dalam bidangnya.
-          salah satu gaya kepemimpinan yang lain adalah semi demokratis. Dalam semi demokratis semua yang menjadi masalah bagi perusahaan menjadi pokok bahasan antara pimpinan dan karyawan. Namun, keputusan yang diambil tetap berada di tangan pimpinan. Struktur organisasi yang terbentuk dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah perpaduan antara struktur organisasi garis dan lini.
6.      Menurut pandangan kami, reward dan punishment itu sangat bagus untuk meningkatkan disiplin kerja karyawan. Karena reward dan punishment yang berkeadilan akan membuat para karyawan lebih semangat bekerja karena termotivasi untuk mendapatkan reward atau imbalan. Sedangkan reward itu sendiri akan diberikan bagi karyawan yang teladan dan disiplin yang biasanya selama satu tahun. Sedangkan bagi karyawan yang kurang disiplin kerjanya maka dia akan mendapat punishment atau hukuman. Sehingga dengan adanya reward dan punishment dalam suatu perusahaan maka karyawan mau tidak mau harus selalu disiplin kerja jika tidak ingin mendapat punishment.

7.      Di masa kepemimpinan Soekarno : Pada masa ini, Soekarno mencoba bersikap netral, yaitu dengan tidak memihak salah satu pun dia antara dua blok yang sedang terjadi konflik yang bertujuan menguasai dunia tersebut. Sehingga terbentuklah gerakan non blok yang menjadi bukti bahwa Indonesia tidak ingin terlibat dengan permusuhan yang terjadi di antara dua blok tersebut. Namun, dalam bangsa ini menjadi sistem pemerintahan demokrasi terpimpin, yakni segala keputusan berpusat pada keputusan pemimpinnya, ini hampir mirip seperti gaya kepemimpinan otoriter.
Di masa kepemimpinan Soeharto : Pada masa ini, Soeharto menggunakan kerabat-kerabat dekat untuk mempertahankan posisi tertingginya sebagai presiden. Manajemen pada era ini dikenal dengan Pembangunan Nasional untuk menarik hati rakyat. Namun pembangunan tersebut tidak ada kepastiannya karena tidak memiliki batasan waktu yang jelas sehingga rakyat menjadi tidak sabar.
Di masa kepemimpinan Habibie : Pada masa ini, bangsa lebih menjadi reformasi. Dan karena reformasi inilah Timor-Timur tidak lagi menjadi bagain dari Indonesia karena kereformisan Habibie yang memberikan pilihan pada Timor-Timur untuk memilih tetap menjadi bagian dari Indonesia atau terpisah dari NKRI.
Di masa kepemimpinan Abdurrahman Wahid : Pada masa ini, Gus Dur lebih bnayak menerima informasi dari orang-orang terdekatnya daripada lembaga pemerintahan saat itu. Selama pemerintahanya tidak ada program jelas yang ingin dijalankannya.
Di masa kepemimpinan Megawati : Megawati selalu memaksimalkan birokrasinya yakni pembantu-pembantunya. Tetapi pada saat itu mengalami krisis. Sehingga, kebutuhan masyarakat menjadi tidak terpenuhi.
Di masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono : dapat kita lihat selama ini bahwa SBY selalu berhati-hati sebelum membuat suatu keputusan dan selalu mempertimbangkannya terlebih dahulu dengan matang dan memakan waktu lama. Hal ini yang membuat masyarakat tidak sabar, meski SBY selalu memperhatikan kepentingan rakyatnya.